SUKABUMIUPDATE.com - Beredar video dalam grup whatsapp diduga praktik perpeloncoan peserta didik baru pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Dalam keterangan video berdurasi 28 detik itu disebutkan mereka merupakan siswa baru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri atau SMKN 1 Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi.
Dari video yang diterima sukabumiupdate.com pada 20 Juli 2023, terlihat para peserta yang sedang mengikuti MPLS masuk ke dalam kubangan sawah sehingga pasa peserta terlihat dipenuhi lumpur di sekujur tubuhnya.
Selain itu, dalam keterangan video juga disebutkan, katanya, buntut aksi dugaan perpeloncoan itu mengakibatkan sejumlah peserta mengalami pingsan dan tak sadarkan diri bahkan ada yang harus dilarikan ke rumah sakit.
Kepala Sekolah SMKN 1 Gunungguruh Ai Sumarni setelah dikonfirmasi, menyebutkan bahwa ada sekitar 565 perserta didik baru dan hanya 530 peserta didik yang ikut serta dalam proses MPLS dengan rute sekira 8 kilometer.
Sumarni mengakui, bahwa kejadian yang beredar dalam video itu di luar kendali guru yang turut mengawasi di lapangan.
"Mungkin (panitia) kurang menyimak penjelasan dari kami bagaimana seharusnya sehingga terjadi miskom (salah paham) dan anak-anak itu diminta untuk turun ke sawah, padahal itu di luar dari rencana kami," ujar Sumarni kepada sukabumiupdate.com di kantornya pada Jumat (21/7/2023).
Terkait adanya siswa yang pingsan dan sempat dilarikan ke rumah sakit, Sumarni membantah bahwa siswa yang alami pingsan itu bukan akibat dari keikutsertaannya pada MPLS.
"Sebetulnya bukan, yang kecapean itu ada dua tapi sudah kami obati dan tida jadi masalah. Tapi pingsan yang sampai ke rumah sakit itu yang tidak ikut kegiatan justru. Dia punya riwayat penyakit jantung dan kami sudah mengobatinya ke rs betha medika. Bahkan sampai pulang ke rumahnya, anak sudah sehat kembali," jelas Sumarni.
Selain itu, Sumarni juga mengatakan bahwa selama proses MPLS berlangsung pihaknya ikut menerjunkan sejumlah guru untuk mengawasi berjalannya proses MPLS tersebut.
"Ada beberapa, di situ ada guru penanggungjawab. Guru 25 orang, siswa 60, panitia 20 (osis), belum dari Tata Usaha (TU).
Kendati demikian pihaknya menyatakan bahwa buntut kejadian tersebut pihaknya akan melakukan evaluasi pada setiap kegiatan siswa yang berpotensi mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
"Pertama kami akan evaluasi setiap kegiatan yg kami lakukan akan dievaluasi. Hal apa yg mengakibatkan ini terjadi, setelah dievaluasi kita akan mengadakan rencana tindak lanjut agar tidak terjadi hal-hal seperti itu," pungkasnya.