SUKABUMIUPDATE.com - Polres Sukabumi Kota sudah terima hasil autopsi ekshumasi jenazah MHD (9 tahun), siswa SD yang kematiannya menyita perhatian publik karena diduga menjadi korban bullying kakak kelas atau teman sekolahnya pada akhir Mei 2023 lalu.
Diketahui, berbagai upaya telah dilakukan pihak kepolisian untuk mengungkap kasus tersebut. Dimulai dari tahap penyelidikan, memeriksa sejumlah saksi, gelar perkara hingga pembongkaran makam (ekshumasi). Kendati demikian, Polisi hingga kini masih belum bisa menyimpulkan penyebab kematian bocah kelas 2 SD itu.
Untuk mengetahui secara detail hasil dari autopsi jasad MHD, Kapolres Sukabumi Kota AKBP Ari Setyawan Wibowo menyebut pihaknya akan meminta penjelasan dari dokter forensik. Setelah mendapatkan kesaksian dari dokter, pihak kepolisian baru dapat menjelaskan penyebab kematian bocah tersebut. Diketahui, dokter forensik yang menangani kasus MHD yaitu Aida Nurul Fathia, spesialis forensik RSUD Syamsudin SH.
Baca Juga: Otopsi Siswa SD di Sukabumi, Forensik Sebut Ada Warna Berbeda Pada Jenazah
"Kita sudah mendapatkan hasil autopsi, kita juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan kepada dokter yang melaksanakan autopsi karena itu adalah bahasa kedokteran, kita akan terjemahkan biar lebih jelas," ujar Ari kepada sukabumiupdate.com pada Selasa (27/6/2023).
Kemudian, setelah keterangan dokter diterima, pihaknya akan kembali melaksanakan gelar perkara di Polda Jawa Barat.
"Dengan hasil penyelidikan yang kita laksanakan maupun nanti dari dokter yang melaksanakan autopsi (maka) diambil kesimpulan dengan gelar perkara bersama di Polda, secepatnya kita akan koordinasi dengan Polda," ujarnya.
Disinggung terkait adanya dugaan unsur kekerasan pada tubuh korban, Ari enggan menjawab lebih lanjut. Menurutnya, hal itu bukan kapasitas aparat kepolisian.
"Nanti itu dokter yang menjelaskan karena itu bukan ranah kami terkait masalah bahasa kedokteran," ucap dia.
Baca Juga: 20 Saksi Sudah Diperiksa, Kasus Siswa SD di Sukabumi Diduga Tewas Dikeroyok
Diberitakan sebelumnya, Bocah laki-laki kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, meninggal dunia lantaran diduga menjadi korban bullying kakak kelasnya. Korban berinisial MHD berusia 9 tahun mengembuskan napas terakhir di RSU Hermina setelah melewati masa kritis pada 20 Mei 2023 lalu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun redaksi sukabumiupdate.com dari pihak keluarga, korban diduga dikeroyok tiga orang kakak kelasnya yang duduk di bangku kelas V pada 15 dan 16 Mei 2023. Dugaan pengeroyokan dilakukan pada Senin dan Selasa, salah satunya terjadi di toilet sekolah di Kecamatan Sukaraja.
Korban awalnya tidak menceritakan kejadian yang dialaminya kepada keluarga. Namun, dugaan bullying atau pengeroyokan tersebut mulai terbongkar pada Rabu, 17 Mei 2023. Ketika itu korban mengalami kesakitan pada tubuhnya dan kejang-kejang hingga akhirnya dibawa oleh keluarga ke RS Primaya Hospital Sukabumi.
Sebenarnya, sehari sebelumnya atau Selasa, 16 Mei 2023, korban sudah mulai mengeluhkan sakit. Kakek korban, HY, lantaran belum mengetahui cucunya dikeroyok, ketika itu meminta korban untuk tidak sekolah dan beristirahat di rumah. Namun korban memaksa sekolah dan diduga kembali mengalami pengeroyokan.
"Saya bilang kepada korban, kalau sakit jangan dulu sekolah. Istirahat saja di rumah. Tapi saat itu korban memaksa ingin sekolah. Lalu ketika di sekolah, korban (diduga) kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Selasa (16 Mei 2023)," kata HY pada Sabtu, 20 Mei 2023.
Setibanya di RS Primaya Hospital pun korban masih bungkam, baik kepada keluarga maupun dokter. Korban tak berani berbicara bahwa dia diduga dikeroyok, meski sudah dipaksa jujur oleh keluarga. Alhasil, tim dokter RS Primaya meminta keluarga keluar ruangan untuk melakukan pendekatan kepada korban.
"Akhirnya dokter pura-pura menyuruh keluarga untuk keluar ruangan dan pihak keluarga bersembunyi di balik tirai ruangan periksa. Dari situ korban baru mangakui dirinya sudah dikeroyok oleh tiga orang kakak kelasnya (laki-laki)," ujar HY.
Pengakuan itu membuat korban dipindahkan ke RSU Hermina karena RS Primaya tidak dapat menangani pasien korban kekerasan. "Korban kritis tiga hari di rumah sakit lalu Sabtu (20 Mei 2023) sekira pukul 08.00 WIB meninggal di RSU Hermina. Hasil visum, korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak," kata HY.