Cerita Gunung Jayanti Sukabumi dan Ramalan Datangnya Ratu ke Tujuh

Selasa 20 Juni 2023, 20:22 WIB
Gunung Jayanti Palabuhanratu Sukabumi | Foto : Arsip Google Maps / Atep Endrawan

Gunung Jayanti Palabuhanratu Sukabumi | Foto : Arsip Google Maps / Atep Endrawan

SUKABUMIUPDATE.com - Gunung Jayanti yang berlokasi di Desa Jayanti, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi menyimpan kisah yang terhubung dengan sejarah kerajaan Pajajaran. Konon, gunung yang memiliki ketinggian sekitar 400 Mdpl pernah menjadi arena pertarungan dari pasukan Pajajaran di wilayah Selatan dengan pasukan Banten.

Sejarawan Sukabumi, Irman Firmansyah, menyebutkan bahwa terdapat beberapa versi mengenai asal nama Gunung Jayanti, namun yang paling populer nama Jayanti diambil dari nama seorang senopati kerajaan Pajajaran bernama Jaya Antea yang kemudian berkhianat dan bersekutu dengan Kerajaan Demak, Cirebon dan Banten untuk menghancurkan Pajajaran.

"Konon dalam kisah rakyat, Gunung Jayanti adalah tempat pertempuran terakhir masyarakat pajajaran di wilayah selatan. Raga Mulya sang Raja Pajajaran terakhir Ketika posisinya sudah terjepit oleh tekanan Banten, membebaskan pengikutnya untuk memisahkan diri ke segala penjuru," kata Irman kepada sukabumiupdate.com, Selasa (20/6/2023).

Menurut Irman yang juga sebagai Ketua Yayasan Dapuran Kipahare, sebagian yang setia pada raja akhirnya benar-benar pergi ke selatan yang dalam pantun Bogor disebutkan rutenya adalah Pakuan, Bantar Gadung dan akhirnya Palabuhanratu. Namun pelarian ke selatan ini penuh dengan peperangan karena Pasukan Banten masih tetap mengejar sisa-sisa pasukan yang setia kepada Raga Mulya.

Baca Juga: 7 Cerita Mistik Gunung Sunda Sukabumi, Benda Pusaka hingga Pesantren Gaib

"Kisah ini juga bercampur dengan drama pedih percintaan serta epic peperangan yang penuh darah dan airmata. tokoh sentralnya adalah Nyi Mas Purnamasari yang sedang mengandung, yang mendampingi suaminya yang bernama Raden Kumbang Bagus Setra serta wakil dari kerajaan bernama Rakean Kalang Sunda menghadapi musuh yang dipimpin Jaya Antea," tuturnya.

"Konon Jaya Antea bergabung dengan musuh (Kerajaan Banten) karena dendam cintanya ditolak oleh Nyi Mas Purnamasari. Pasukan Nyi Purnamasari terus berkurang karena tewas, kabur atau terkena penyakit sehingga yang tersisa hanya mereka bertiga," sambung Irman.

Dalam sebuah pertarungan di Bantargadung antara Jaya Antea dan Raden Kumbang Bagus Setra, diceritakan tiba-tiba bumi terbelah dua. Raden Kumbang terperosok ke dalamnya, sementara itu Nyi Mas Purnamasari dan Rakean Kalang Sunda lari ke hutan hingga bertahan di Sungai Cimandiri.

"Kala itu Jaya Antea terus mengejar mereka dan bertarung dengan kalang Sunda hingga ke Gunung Jayanti. Jaya Antea terdesak, tiba-tiba senjata kujang Rakean Kalang Sunda jatuh dan konon menjadi Area Sembah Jaya Tias. Namun Kalang Sunda masih Digjaya, Jaya Antea berhasil ditendang hingga jatuh ke laut dan menjadi ikan. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa jaya Antea menjadi buaya putih di Goa Lalay," papar Irman.

Hingga kemudian gunung tempat pertempuran tersebut akhirnya disebut sebagai Jayanti yang diambil dari mantan senopati kerajaan Pajajaran Jaya Antea.

Baca Juga: 62 Daftar SMP dan MTs Terbaik di Kabupaten Sukabumi

Namun dalam babad kisah lain, ada juga yang menyebutkan bahwa Jayanti maknanya adalah kejayaan yang dinanti nanti. Hal ini terkait dalam pantun-pantun sunda buhun dari Bogor yang menyebutkan bahwa Kejayaan Pajajaran akan datang dari Palabuhanratu.

"Bulan Desember 1926 Residen Buitenzorg menemukan tulisan yang menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi belum meninggal, tetapi menghilang (mokswa) dan menjadi dewa pelindung. Tanda tanda kedatangan ratu ke tujuh juga sudah banyak terpenuhi dan nantinya Pemerintah Hindia Belanda akan jatuh oleh bangsa kuning yang memerintah seumur jagung," ungkap Irman mengisahkan.

"Kemudian datanglah ratu ketujuh tersebut dari Palabuhanratu dan menuju ke Batu Tulis kemudian ke Lawang Saketeng dan memasuki Keraton. Hal ini dianggap angin lalu saja oleh pemerintah, namun kenyataannya Belanda benar-benar jatuh oleh Jepang saat itu," sambungnya.

Masih dalam kisah itu, konon kedatangan Ratu ke Tujuh itu akan terlihat dari puncak Gunung Jayanti yang memang tingginya cukup untuk memantau kearah laut.

Secara lokasi memang Gunung Jayanti strategis, karena ketinggian inilah Jepang juga membangun bunker disitu untuk memantau gerak musuh dari arah Australia.

Baca Juga: Rangkul Semua Lapisan, Ayep Zaki Bertemu Komunitas Pedagang Asongan Sukabumi

Jembatan Kuning Bagbagan

Menurut Irman, pada saat Nyi Mas Purnamasari bertahan di sungai Cimandiri itu kemudian mendirikan Kapuunan Mandiri Cidadap.

"Lokasi berdirinya jembatan kuning bagbagan dulu merupakan tempat penyebrangan Nyi Mas Purnamasari dari Gunung Jayanti ke Cidadap." imbuhnya.

Seiring berjalan waktu, pada masa masa kolonialisme Belanda pada jalur penyeberangan tersbeut di bangun sebuah jembatan yang kini terkenal dengan Jembatan Kuning Bagbagan.

Baca Juga: Cara Daftar Ulang PPDB Jabar 2023 Tahap I Jenjang SMA/SMK, Simak Disini Jadwalnya

Jembatan Kuning Bagbagan yang memiliki panjang bentang utama 117,5 meter, tinggi pilon 17,7 meter, dan lebar 3,9 meter itu, jelas Irman dulunya merupakan jembatan yang cukup vital sebagai akses jalur ekonomi warga Palabuhanratu dan Jampang atau sebaliknya.

“Akses lalu lintas dari Jampang ke Palabuhanratu, karena dulu ada jalur ekonomi yang kita sebut sebagai jalur gula," tambahnya.

Irman mengatakan, Jembatan Bagbagan, disebut juga Kabelbrug Tjimandiri atau Hangbrug Tjimandiri karena melintasi sungai Cimandiri. Jembatan ini dibangun tahun 1914 oleh BOW (Burgelijk Openbare Werken) dan diketahui beberapa kali dihancurkan oleh banjir.

Baca Juga: Pasang Susuk hingga Main Mata, Di Balik Cerita Mantan TKW Sukabumi

"Tahun 1918 Jembatan Kabel kemudian dipesan melalui beberapa kontraktor diantaranya workshop Der FA Becker & Co Surabaya dan pada bulan November tahun 1923 jembatan baru selesai setelah gagal diresmikan tahun sebelumnya," jelasnya. 

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Film21 Februari 2025, 20:00 WIB

Sinopsis Drama Korea Undercover High School, Anggota NIS Menyamar Sebagai Siswa SMA

Drama korea Undercover High School memiliki cerita unik mengenai seorang agensi badan intelijen nasional yang harus menyamar sebagai siswa Sekolah Menengah Atas untuk menjalankan sebuah misi.
Sinopsis Drama Korea Undercover High School, Anggota NIS Menyamar Sebagai Siswa SMA (Sumber : Instagram/@mbcdrama_wow)
Sukabumi21 Februari 2025, 19:50 WIB

Hasil Kesepakatan Emak-emak dan Peternakan Ayam di Cidahu Sukabumi soal Wabah Lalat

Berikut hasil kesepakatan pasca emak-emak geruduk peternakan ayam di Cidahu Sukabumi karena resah dengan lalat yang mewabah.
Kapolsek Cidahu AKP Endang Slamet dan jajaran saat mendengar aspirasi puluhan emak-emak yang protes soal wabah lalat ke peternakan ayam. (Sumber Foto: Istimewa)
Sukabumi21 Februari 2025, 19:48 WIB

Sempat Duel, Samson Sang Preman Simpenan Sukabumi Tewas Diamuk Massa

Tubuh Samson tergeletak bersimbah darah penuh luka, tersiar kabar pria yang dijuluki preman ini dihabisi oleh massa.
Tubuh Suherlan alias Samson warga Simpenan Sukabumi tergeletak di pinggir jalan (Sumber: SU/Ilyas)
Kecantikan21 Februari 2025, 19:42 WIB

Terapkan 11 Tips Mudah untuk Membuat Kuku Tumbuh Cepat, Sehat dan Cantik

Wanita sering kali ingin memamerkan kuku panjang yang sehat dan cantik. Dengan memperhatikan kebersihan dan kesehatan kuku, Anda dapat memperoleh kuku yang panjang dan indah tanpa banyak usaha.
Ilustrasi cara mudah merawat kuku agar tumbuh cepat, sehat dan cantik (Sumber: pexels.com/@The Glorious Studio)
Sukabumi21 Februari 2025, 19:29 WIB

Generasi Muda Sukabumi yang Terkunci Darah dan Senjata

Tawuran adalah cara mempertahankan marwah dan harga diri sekolah.
Tawuran pelajar di Lapang Merdeka Kota Sukabumi. | Foto: Istimewa/Warganet
Life21 Februari 2025, 19:00 WIB

Misteri Taman Nasional Ujung Kulon, Kisah Abah Gede dan Sanghyang Sirah

Ujung Kulon, terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan menjadi habitat alami bagi badak Jawa, tetapi juga menyimpan berbagai misteri yang menarik untuk diungkap.
Ilustrasi - Ujung Kulon adalah destinasi wisata yang menarik bagi Anda yang menyukai petualangan dan tantangan. (Sumber : Gambar Pixabay/@horse_girl,AI).
Nasional21 Februari 2025, 18:42 WIB

Wali Kota Sukabumi Ayep Zaki Pamer Baju Retret di Akademi Militer Magelang

Akomodasi keberangkatan Wali Kota Sukabumi Ayep Zaki ke Magelang untuk mengikuti retret dipastikan tidak menggunakan APBD.
Wali Kota Sukabumi Ayep Zaki bersama Gubernur Jabar Dedi Mulyadi beserta para wali kota dan bupati se Jabar tiba di Akmil Magelang untuk ikuti Retret. (Sumber : Istimewa)
Food & Travel21 Februari 2025, 18:30 WIB

Curug Seribu, Wisata Air Terjun 100 Meter Ini Tertinggi di Bogor Jawa Barat!

Curug Seribu memiliki tinggi sekitar 100 meter dan berada pada ketinggian 750 hingga 1.050 meter di atas permukaan laut⁽.
Curug Seribu 100 Meter, Wisata Air Terjun Tertinggi di Bogor Jawa Barat. Foto: IG/@ferdinandpatar/@pesonaairterjunindonesia
Nasional21 Februari 2025, 18:27 WIB

Konvensi Nasional Media Massa 2025: Bangun Kesadaran Bersama Atasi Disrupsi Berganda

Media massa, yang selama puluhan tahun menjadi pilar utama penyebaran berita, menghadapi tantangan yang serius.
Konvensi Nasional Media Massa 2025 yang digelar Dewan Pers. (Sumber Foto: Youtube Dewan Pers Indonesia)
Internasional21 Februari 2025, 18:23 WIB

Di Ambassador Talk Universitas Nusa Putra, Kuasa Usaha Meksiko Tegaskan Komitmen Bilateral Meksiko-Indonesia

Universitas Nusa Putra kembali menyelenggarakan program Ambassador Talk the Series yang menghadirkan Kuasa Usaha Ad Interim Meksiko di Indonesia, H.E. Alonso Martín Gómez Favila
Universitas Nusa Putra: Program Ambassador Talk the Series menghadirkan Kuasa Usaha Ad Interim Meksiko di Indonesia, H.E. Alonso Martín Gómez Favila. (Sumber: dok nusa putra)