SUKABUMIUPDATE.com - Mengadu nasib dengan memilih menjadi buruh migran atau tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri terkadang tidak sekedar membutuhkan keberanian. Lebih dari itu, hal-hal yang bersifat spiritual menjadi bumbu yang seringkali mewarnai saat seseorang memutuskan 'terbang menjadi TKW'.
Dari cerita seorang mantan TKW asal Pajampangan Sukabumi, terungkap bagaimana sisi spiritual dihadirkan karena alasan keselamatan hingga kemungkinan menghadapi resiko yang harus ditanggung ketika berada di negeri orang.
"Ilmu pengasihan memang kental dan menjadi keyakinan bagi sebagian TKW yang akan mengadu nasib di Timur Tengah," ungkap H (43 tahun) salah seorang mantan pekerja migran (TKW) asal Pajampangan yang pernah mengadu nasib di kota Jeddah, Arab Saudi kepada sukabumiupdate.com, Kamis (15/6/2023).
Baca Juga: 6 Jenis Susuk yang Diketahui, Seperti Dibalik Cerita Mantan TKW di Sukabumi
"Pertama kali saya berangkat sekitar tahun 1996, saat itu baru usia 16 tahun, dibawa sama sponsor luar atau sponsor yang ada di daerah, lalu dibawa ke sponsor dalam disebuah PT di Jakarta. Pada waktu itu saya disuruh mengaku usia 25 tahun, kalau diinterview sama pihak PT," kata H.
Waktu ditanya sama pihak PT, ucap H, saya mengaku usia 25 tahun, dan bukan hanya saya saja, masih banyak calon TKI, yang memalsukan usia, bahkan alamat pun ada. "Pada waktu itu, yang bermasalah dengan usia, atau identitas lainnya, cukup bayar atau dipotong gaji, bisa lolos terbang ke negara Arab," ungkapnya.
Dia menjelaskan awal punya niat untuk berangkat ke Arab Saudi, melihat tetangga yang pada berangkat mengadu nasib jadi TKW, bisa membuat rumah dan beli tanah. Sebelum berangkat, ujar H, saya dibawa oleh orangtua, ke orang pintar atau paranormal, di wilayah Kecamatan Ciracap, dengan tujuan menanyakan apakah ada nasib kalau ke Arab. Setelah dijampe jampe, dan diberi air putih untuk diminum, dan sebagiannya untuk dimandikan, maka diizinkan untuk berangkat.
"Saat berangkat ke PT juga diberi bekal sebotol air putih, dan bacaan asmaul husna, katanya untuk keselamatan, dan biar majikan sayang (Nyaaheun)," tuturnya.
Baca Juga: Mantan TKW Asal Sukabumi Pasang Susuk, Begini Hukumnya dalam Islam
H mengatakan bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada majikan seorang polisi di Kota Jeddah, jadi memang jarang berinteraksi sama majikan laki laki.
"Di Jeddah bekerja selama 2,5 tahun, saat itu gajinya 600 real, setelah 2,5 tahun, pulang ke tanah air. Di kampung halaman hanya setahun, lalu berangkat lagi ke Kota Jizan Arab Saudi, sebelum berangkat saya pasang susuk ditangan kanan dan kiri, berupa potongan jarum warna kuning, katanya bahannya dari emas, dan diberi bulu ayam untuk dibawa ke Arab, katanya untuk pengasihan dan keselamatan.
"Dikota Jizan tersebut, memang tidak lama hanya 1,5 tahun, karena memang saya tidak betah dengan gerak gerik majikan laki laki," katanya.
Baca Juga: Kisah Mantan TKW Sukabumi Pasang Susuk, Ini Penjelasan Secara Medis dan Magis
Setelah pulang dari Jizan, saya menikah dan punya anak satu, lalu pas anak usia 2 tahun, saya berangkat lagi ke Syria, Damaskus, bekerja disana dapat 2,5 tahun. Sebelum berangkat seperti biasa saya pun datang ke orang pintar di Kecamatan Cibitung. "Disana juga dipasang susuk satu buah di wajah," ujarnya.
Saya tidak tahu pasti, apakah yang lain, berangkat ke Arab juga pasang susuk atau pengasihan lainnya. Saya saat itu hanya untuk keselamatan, dan dikasihani sama majikan, agar lancar gaji. Sebenarnya semua dikembalikan pada masing masing pribadi.
"Jangan diberi celah kalau majikan laki-laki dekat sama kita. Sudah bukan rahasia lagi banyak terdengar kasus kasus yang menimpa TKW. Bahkan banyak rumah tangga hancur, karena faktor cemburu, dan faktor kecelakaan akibat bermain mata dengan majikan laki laki," imbuhnya.