SUKABUMIUPDATE.com - Khadijah Ghania Adhwa, balita berusia 4 tahun 8 bulan mengalami luka bocor di bagian kepala saat Pin Polio 2 di salah satu Posyandu Perum Baros Kencana, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (24/5/2023). Saat hendak diukur, tali timbangan dacin putus, sehingga alat seberat kurang lebih 10 kilogram itu jatuh menimpa korban.
Kabar balita tertimpa timbangan dacin di Sukabumi ini heboh setelah surat terbuka secara digital viral di media sosial. Berdasarkan pantauan sukabumiupdate.com, Ibu korban, Zena Miftahul Jannah (26 tahun) mengunggah video peristiwa itu di akun Instagram pribadinya, @zenamj_. Itu adalah bentuk keresahan dan kekecewaan Zena atas kejadian yang menimpa Khadijah, anaknya.
"Surat pengaduan terbuka atas tragedi anak saya tertimpa timbangan dacin di bagian kepala sampai bocor dan dijahit tanggal 24 Mei 2023 di Posyandu Delima 14 Baros, Kota Sukabumi," tulis Zena dalam postingan videonya.
Saat dikonfirmasi, Zena membenarkan bahwa peristiwa Khadijah tertimpa timbangan dacin terjadi pada hari Rabu, 24 Mei 2023. Zena datang ke Posyandu bersama dua orang anaknya, Khadijah (4 tahun) dan anak keduanya (1 tahun).
"Saya ditelpon sama orang Posyandu dari jam 10.00 WIB, sampai voice note sama Ketua Posyandu. Akhirnya, saya berangkat sekitar jam 10.30 WIB. Tapi pas dateng, Posyandu udah sepi, nggak ada siapa-siapa, udah diberesin juga. Cuma ada petugas posyandu sama Lurah karena waktu itu ada pemilihan Ketua Posyandu" kata Zena kepada sukabumiupdate.com, Selasa (13/6/2023).
Saat tiba di Posyandu, pemeriksaan dilakukan pada anak kedua Zena terlebih dahulu. Namun, saat sedang menidurkan anak keduanya di timbangan digital, tiba-tiba ia mendengar suara keras sang anak jatuh ke lantai.
"Anak pertama waktu disuruh sama Posyandu diem, nurut gitu. Anaknya nggak pecicilan juga. Saya nggak liat anak pertama jatuhnya gimana, karena barengan waktu saya simpan anak kedua di timbangan bayi digital. Saya kaget setelah suara itu, anak udah dibawah dan besi timbangannya udah di atas perut" jelas Zena.
Zena sebelumnya tidak berpikir bahwa timbangan besi akan menimpa anaknya. Namun setelah darah dari kepala Khadijah menembus jilbab yang digunakan, ia dan suaminya segera membawa ke Puskesmas terdekat.
Tenaga kesehatan juga menyarankan untuk terus menekan luka di kepala Khadijah selama perjalanan.
"Awalnya saya kira ah nggak apa-apa, anaknya juga nggak nangis. Saya kaget, pas dibuka kerudungnya banyak banget darah. Disitu nakes langsung nahan luka kepala anak saya pakai tisu" terangnya.
Akibat tertimpa alat timbangan dacin, Khadijah harus mendapat dua jahitan di kepalanya. Ia mendapat perawatan di IGD Puskesmas Baros.
Ketika di Posyandu, kata Zena, salah satu kader menyebut tidak tidak tahu timbangan digital ada dimana dan menerangkan bahwa timbangan dacin paling akurat. Atas dasar itulah, Zena memilih timbangan dacin untuk Khadijah.
"Denger waktu ada tetangga nanya, salah satu kader bilang 'timbangan digitalnya nggak tahu dimana, dacin juga paling akurat'. Jadi saya pilih timbangan dacin saat ditanya kader" ujarnya.
Selama kurun waktu tujuh hari pasca kejadian, Khadijah masih belum stabil dan selalu mengeluhkan sakit kepala setiap malam. Zena saat itu hanya bisa menenangkan mengingat belum ada keterangan medis akibat surat rujukan yang sulit didapatkan.
"Waktu itu minta CT Scan di IGD Rumah Sakit tapi nggak bisa karena nggak ada rujukan dari Puskesmas," katanya.
Selain keluhan sakit kepala, Khadijah juga menjadi lebih sering tantrum, mulai dari rewel hingga menangis tanpa alasan.
Tak dapat dipungkiri, Zena khawatir karena luka ada di kepala bagian atas. Maka dari itu, ia ingin memastikan apakah ada hubungan antara luka bocor karena tertimpa timbangan dengan sakit kepala yang kerap dikeluhkan.
Baca Juga: Kepala Bocor, Balita Tertimpa Timbangan Dacin di Posyandu Sukabumi
Zena mengaku kecewa terhadap pelayanan Posyandu usai peristiwa itu terjadi. Apalagi, menurut aturan Kementerian Kesehatan terbaru, timbangan dacin seharusnya sudah diganti dengan timbangan digital.
"Saya kecewa, sangat sakit hati. Mereka belum ada itikad baik sampai hari ketiga, alasannya 'ada kesibukan masing-masing'. Disitu saya paham anak saya bukan prioritas dari kejadian kepala bocor karena timbangan dacin posyandu" ungkapnya.
Padahal awalnya, Zena berharap pihak terkait bisa bertanggungjawab sampai tuntas, mulai dari biaya hingga fasilitas lainnya.
Alhasil, jalur media sosial ia tempuh dengan cara membuat video surat terbuka secara digital. Tujuannya, kata Zena adalah untuk menjadikan peristiwa Khadijah sebagai peringatan serta pihak yang bertanggungjawab seharusnya menanggapi kejadian ini secara cepat sebelum viral.
Dihubungi terpisah, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Reni mengatakan pihaknya akan segera menindaklanjuti surat terbuka yang dilayangkan oleh Zena di media sosial.
"Akan segera kami tindaklanjuti" tutur Reni melalui pesan singkat.