SUKABUMIUDATE.com - LY (33 tahun) seorang wanita asal Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi diduga menjadi korban kekerasan majikannya saat bekerja menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau TKW di Arab Saudi. Dia mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya akibat disiram air panas karena dituduh punya guna-guna atau ilmu hitam.
Pengelola Data Bidang Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans Kabupaten Sukabumi Indra Santika mengatakan, kasus yang menimpa LY tersebut sudah dalam penanganan pihak KBRI dan Pos Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) Kabupaten Sukabumi. Dia pun menceritakan kronologi peristiwa ini.
Menurut dia, awalnya LY berangkat ke Arab Saudi secara non-prosedural atau ilegal antara tahun 2021-2022. Kemudian, pada bulan Ramadan 2023 lalu, penyiksaan pun terjadi.
"Kronologisnya jadi saat bulan puasa tahun 2023 dia disiksa oleh majikannya disiram (air panas). Majikan perempuannya menyangka bahwa LY ini main guna-guna atau apalah disiksa terus-terusan," kata Indra kepada sukabumiupdate.com saat ditemui di kantornya, Selasa (13/6/2023).
Baca Juga: Kisah Haru TKW di Malaysia, Bertemu Keluarga di Sukabumi Setelah 19 Tahun Berpisah
Lebih lanjut, kata Indra, saat lebaran Idulfitri kedua majikannya pun pergi ke Madinah. Kesempatan itu kemudian dimanfaatkan korban untuk kabur dan melaporkan kondisinya ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh.
“Dia kabur ke kedutaan akhirnya disurat ke kita untuk proses pemulangan dan informasi terakhir LY ini sedang dalam tahap pengobatan pemulihan dan proses hukum dengan majikannya berlanjut. Jadi belum bisa dipulangkan, yang jelas sepertinya mungkin akan segera dipulangkan setelah proses selesai," tuturnya.
Setelah pihaknya mendapatkan surat dari KBRI tersebut, Indra mengatakan pihaknya langsung melakukan pendampingan pada suami korban di Sukabumi. Setelah bertemu dengan keluarga korban, ia memastikan agar keluarga hanya menerima informasi dari Disnakertrans.
"Khawatirnya kaya gini, kalau ada sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab datang ke keluarga dengan dalih saya akan bereskan urusan ini, tapi kan ujung-ujungnya dengan rupiah, kalau dengan Disnaker jelas nol rupiah kita berangkat dan kita proses," kata dia.
Ditanya soal identitas agen ilegal, dia menyebut agen ilegal masih belum ditemukan. Keluarga korban pun, kata dia, kurang kooperatif saat ditanya penyalur kerja ke Arab Saudi yang mereka gunakan.
"Untuk agent ilegalnya sampai saat ini tidak ditemukan. Dan Mereka (keluarga korban) pun bungkam ketika ditanya berangkat pakai apa. Sebetulnya secara psikologis saya yakin mereka hafal sebenarnya cuma ga tahu lah itu udah menjadi satu momok yang udah umum ketika keluarga PMI ditanya agentnya, mereka jarang bicara selalu bungkam," ungkapnya.
Agar kasus seperti ini tidak terus terulang, Indra menyebut upaya pencegahan pun masih terus dilakukan pihaknya. Dia bahkan beberapa kali mengingatkan masyarakat untuk mengikuti prosedural yang berlaku terkait kesempatan bekerja di luar negeri.
"Kami lakukan sosialisasi pada kegiatan diseminasi peraturan ketenagakerjaan atau ketika memang Disnaker diundang di satu acara kegiatan sosialisasi tentang peluang bekerja ke luar negeri dan menjadi migrasi aman," pungkasnya.