SUKABUMIUPDATE.com - Bukit Karang Para merupakan objek wisata alam yang berlokasi di Desa Kebonmanggu, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi. Karang Para pernah mencapai puncak kejayaannya pada tahun 2017 lalu.
Objek wisata yang berada di kawasan pegunungan karst atau batu kapur menjadikannya memiliki daya tarik tersendiri, pasalnya perbukitan itu berada di atas ketinggian, sehingga pengunjung yang datang akan disuguhkan dengan pemandangan yang memanjakan mata.
Diketahui, selain memiliki spot pemandangan yang instagramable, objek wisata itu pun jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Sukabumi, terhitung hanya menempuh jarak kurang lebih 13 kilo meter dan menghabiskan waktu sekira 30 menit saja.
Selain itu, tarif harga tiket masuk ke kawasan wisata Karang Para juga terbilang cukup terjangkau bahkan terbilang murah, pengunjung hanya dipungut biaya sebesar Rp 5000 per orang.
Pengelola objek wisata Karang Para, Tahlan S Abdul Toyib mengatakan objek wisata Karang Para mulai dibuka untuk umum pada tahun 2017 lalu. Dibuka atas dasar inisiatif warga setempat yang prihatin karena sebelumnya bukit tersebut akan dijadikan kawasan pertambangan.
"Karang Para itu dibuka tepatnya 2017 September - Desember, dengan inisiatif peduli lingkungan aja karena area ini mau ditambang. Maka dengan inisiatif masyarakat melakukan hal ini," ujar Tahlan kepada sukabumiupdate.com pada Sabtu (3/5/2023).
Pada puncak kejayaannya tahun 2017 lalu, Tahlan mengatakan bahwa wisata alam Karang Para sempat viral dan jumlah pengunjung yang datang saat itu mampu mencapai angka tertinggi 1000 hingga 3000 pengunjung per harinya.
Menurutnya, kejayaan itu tak bertahan lama ketika Pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada 2020 lalu dan pemerintah mulai menerapkan sistem lockdown guna memutus rantai penyebaran Corona Virus.
"Rame di tahun 2017, 2018, 2019 agak sedikit droop 30 persen langsung covid. Ditutup total," kata dia.
Adapun demikian, dengan personil yang tersisa hanya 5 orang pengelola saja, Tahlan optimis akan kembalikan kejayaan objek wisata tersebut. Saat ini pihaknya tengah berusaha untuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber atau investor untuk membangun kembali objek wisata yang sempat jadi primadona tersebut.
"Anggaran, butuhnya 80 juta. Rencana akhir tahun ini, kalau kami sigap. Tapi kami mikirnya gimana supaya tidak menambah beban pekerjaan kami, akan tetapi bisa menarik wisatawan," harap dia.