SUKABUMIUPDATE.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Sukabumi melakukan berbagai upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi dan potensi tsunami di wilayah Kabupaten Sukabumi.
Salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan workshop penyusunan draf nol rencana kontingensi (rekon) gempa bumi dan tsunami yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Hotel Augusta Palabuhanratu, Selasa 30 Mei 2023.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Wawan Godawan mengatakan, kegiatan workhop draft nol penyusunan rekon gempa bumi dan tsunami ini merupakan bagian dari program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) bantuan Bank Dunia dari BNPB.
Baca Juga: Siaga Tsunami, BPBD Sukabumi Lakukan Tes Sirine
Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat melalui upaya mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan dini menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami.
"Kegiatan ini dilakukan oleh BNPB untuk Kabupaten Sukabumi, karena Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu wilayah yang mendapatkan bantuan melalui program IDRIP yang dibiayai oleh Bank Dunia," kata Wawan.
Wawan menuturkan, Program IDRIP ini tidak hanya kegiatan rencana kontingensi saja. Tetapi juga dalam bentuk penyediaan rambu dan jalur evakuasi, serta pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana).
"Kegiatan Desa Tangguh Bencana (Destana) khusus (Kabupaten Sukabumi) untuk beberapa wilayah, ada 5 Desa 1 Kelurahan di 4 Kecamatan, ada Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas dan Tegalbuleud, itu yang diperkirakan berdasarkan pemetaan yang disampaikan oleh BMKG ," jelasnya.
“Untuk jalur evakuasi, kita juga sudah pasang beberapa. Di tahun ini kita dapat bantuan melalui draft ini ada 117 rambu, ada rambu titik kumpul, ada rambu penunjuk arah dan sebagainya," lanjutnya.
Wawan memastikan, setiap kegiatan dalam program IDRIP ini tidak hanya menyasar wilayah pesisir pantai Palabuhanratu saja, tetapi untuk seluruh wilayah Kabupaten Sukabumi yang mempunyai potensi gempa.
“Secara keseluruhan, yang ada potensinya gempanya. Tidak hanya gempa yang berada di pantai (kemudian menimbulkan Tsunami) tetapi gempa darat. Makanya harus dipersiapkan,” tuturnya.
Wawan menyebut, bencana tidak bisa diprediksi, yang perlu dipersiapkan adalah kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi setiap potensi itu.
"Bencana kan kita tidak bisa di prediksi akan tetapi kesiapsiagaan nya itu, sesuai dengan standar SOP nya kita harus melakukan kesiapsiagaan. Pra bencana dalam manajemen kebencanaan kan ada pra bencana artinya kesiap siagaan dan penanggulangan ini salah satu upaya upaya itu," ujarnya.
Lalu bagaimana dengan keberadaan alat Early Warning System (EWS) yang merupakan bagian dari sistem peringatan dini ketika menghadapi potensi tsunami?
"Setiap tanggal 26 kan kita melakukan uji coba, beberapa EWS yang ada di sekitar Palabuhanratu ini sudah dalam kondisi siap, kondisinya bagus dan ini juga perlu pemeliharaan," tandasnya.