SUKABUMIUPDATE.com - Kampung Naga, satu dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Naga terletak tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya.
Kampung Naga berada pada suatu lembah yang subur, dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray di daerah Garut.
Secara administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Dari Tasikmalaya ke Kampung Naga sekira berjarak lebih lagi mendirikan rumah baru kurang 30 kilometer, dikutip dari Perpus Kemdikbud.
Lebih lanjut, masyarakat Kampung Naga juga memiliki kepercayaan terhadap Karuhun Sunda. Bahkan, sebuah artikel ilmiah Ujang Saepullah tahun 2018, bertajuk "Etnografi komunikasi Islam Sunda Masyarakat Adat Kampung Naga di Tasikmalaya Jawa Barat".
Baca Juga: 4 Hantu Sunda Lelembutan: Kuntilanak hingga Nyi Roro Kidul Jurig Populer
Kepercayaan-kepercayaan terhadap para karuhun tersebut, merupakan mitologi atau cerita-cerita zaman dulu secara turun temurun. Seperti Nyi Roro Kidul sebagai dewi laut dan Nyi Pohaci Sanghyang Sri sebagai dewi padi.
Menurut Cerita Mitos, Nyi Roro Kidul, adalah sebuah legendaris Indonesia, yang dikenal sebagai Ratu Laut Selatan Jawa (Samudra Hindia atau Samudera Selatan Pulau Jawa). Dia juga disebut sebagai permaisuri dari Sultan Mataram, dimulai dengan Senopati dan berlanjut sampai sekarang.
Nyi Roro Kidul memiliki banyak nama yang berbeda, yang mencerminkan beragam cerita-cerita asal di banyak kisah-kisah, legenda, mitos dan tradisional cerita rakyat. Legenda ini, begitu populer di seantero negeri ini, terutama di masyarakat Jawa.
Legenda tersebut, benar atau tidak, fakta atau dongeng memang tidak ada referensi yang meyakinkan. Tetapi sebagian masyarakat Jawa percaya seolah-olah itu benar adanya, mereka mempercayai bahwa Nyi Roro Kidul itu memang Ratu Pantai Selatan yang menjaga laut.
Sehingga dengan kepercayaan tersebut, para nelayan di sekitar pantai pulai Jawa, baik di pantai Palabuhanratu Sukabumi, pantai Pangandaran di Pangandaran, pantai parang kritis di Yogyakarta, dan pantai-pantai lainnya di pulau Jawa, selalu memberikan persembahan atau sesajen kepada Nyi Roro Kidul, dengan menyerahkan kepala kerbau atau kepala sapi, ke tengah-tengah lautan untuk persembahan kepada Sang Ratu.
Baca Juga: 23 Paribasa Sunda dan Artinya, Contohnya "Cilaka Dua Belas"
Kemudian, mitos tentang Dewi Sri atau Dewi Shri (Bahasa Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Bahasa Sunda), adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di Pulau Jawa dan Bali.
Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra Islam di Pulau Jawa. Ia dipercaya sebagai dewi yang menguasai ranah dunia bawah tanah dan bulan.
Perannya mencakup segala aspek Dewi Ibu, yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi: bahan makanan pokok masyarakat Indonesia, maka ia mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran.
Berkahnya terutama panen padi yang melimpah dan dimuliakan sejak masa kerajaan kuno di Pulau Jawa seperti Majapahit dan Pajajaran. Kepercayaan masyarakat terhadap mitos-mitos tersebut tanpa reserve, merupakan gambaran masyarakat Indonesia yang sesungguhnya.
Sumber: Artikel Ilmiah UIN SGD