SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah warga Sukabumi ikut menyaksikan terjadinya gerhana matahari hibrida pada Kamis (20/4/2023). Beberapa di antaranya pada sekira pukul 10.40 WIB bahkan naik ke lantai dua rumah maupun kantor untuk dapat menikmati fenomena langka tersebut.
Seperti Safrudin (27 tahun). Dia ikut melihat gerhana matahari hibrida di lantai dua kantornya di Jalan Brawijaya, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Safrudin mengaku penasaran ingin menyaksikan fenomena ini secara langsung dengan menggunakan pelindung mata seadanya.
"Tadi cukup terlihat sih, meski kurang jelas. Alhamdulillah di akhir Ramadhan bisa menyaksikan fenomena ini," kata dia kepada sukabumiupdate.com.
Mengutip unggahan di akun Instagram @jabarquickresponse, gerhana matahari hibrida di Indonesia terjadi paling awal di Jawa Barat pukul 09.26 WIB, sedangkan paling akhir di Papua pukul 15.30 WIT. Khusus di Sukabumi, kontak awal terjadi pukul 09.27, puncak gerhana pukul 10.43, dan kontak akhir pukul 12.06.
Baca Juga: Keutamaan Sedekah saat Gerhana Matahari, Umat Muslim Wajib Tahu!
Melansir laman Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN lewat tempo.co, gerhana matahari hibrida merupakan peristiwa yang terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami gerhana matahari total dan ada pula yang mengalami gerhana matahari cincin. Ini bergantung dari lokasi pengamat.
Kejadian itu disebabkan oleh kelengkungan bumi. Indonesia sendiri sudah mengalami gerhana matahari beberapa kali yaitu pada 1983 terjadi gerhana matahari total, gerhana matahari cincin tahun 2019, dan gerhana matahari total tahun 2016.
Menurut laman Observatorium Bosscha ITB, bosscha.itb.ac.id, ada kalanya jarak bulan tertentu menghasilkan bayangan umbra yang tidak cukup panjang untuk sampai di seluruh bagian permukaan bumi. Oleh karena itu, akan ada bagian yang hanya mendapatkan bayangan antumbra.
Jika hal ini terjadi, gerhana matahari dapat dimulai sebagai gerhana cincin, lalu berubah menjadi gerhana total, kemudian berakhir kembali sebagai gerhana cincin. Itulah yang dinamakan sebagai gerhana matahari hibrida.
Gerhana matahari hibrida cukup jarang terjadi, hanya sekitar satu kali setiap dekade. Faktor utamanya adalah jarak bulan dan matahari terhadap bumi yang cenderung stabil. Ketika jarak bulan dan bumi sedang relatif dekat, hanya umbra yang jatuh di permukaan bumi sehingga terciptalah gerhana matahari total. Sementara ketika jarak antara keduanya sedang relatif jauh, antumbra akan ikut jatuh di permukaan bumi dan menciptakan gerhana matahari cincin.
Nyatanya, jarak bulan dan matahari terhadap bumi dapat beberapa kali berubah dalam satu waktu seperti ketika gerhana matahari hibrida terjadi. Rentang jarak yang diperlukan agar terjadi jenis gerhana matahari itu sangatlah sempit. Sebagian besar konfigurasi gerhana tidak cocok untuk gerhana matahari hibrida.