SUKABUMIUPDATE.com - Perkebunan Karet Cikaso berada di Kampung Cijaksi Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, salah satu perkebunan yang terkenal di Sukabumi Selatan.
Ki Kamaludin (72 tahun) tokoh Pajampangan menuturkan dari cerita Buyut Adig. Buyut Adig (kelahiran 1879, meninggal dalam usia 85 tahun) adalah seorang karyawan pengamanan atau centeng (sekira tahun 1930-1941) di Pos Gerendel, Desa Sumberjaya, Kecamayan Tegalbuleud.
Pada tahun 1964, saat itu Buyut Adig menceritakan bahwa perkebunan Karet Cijaksi Cikaso, dibuka oleh Tuan Burley, warga negara Perancis. Burley sengaja membuka usaha dibidang perkebunan karet dimulai sekira tahun 1910 atau 1917 bersamaan dengan pembuatan penyebrangan atau bendungan Sungai Cikaso.
Rumah tuan Burley, menurut Buyut Adig, terletak di Jalan Baros (dekat dengan Terminal Jubleg). jurusan Sagaranten - Sukabumi.
Baca Juga: Mengulik Potensi Wisata Muara Ciparanje Tegalbuleud Sukabumi
Perkebunan karet Cikaso, pertama kali mulai disadap pada tahun 1930, sekitar 800-1000 hektar. Lalu gudang panyimpenan sementara di Kampung Gerendel, sekarang lokasi tersebut disekitar depan SMA Surade.
Gerendel menjadi nama tempat, lantaran dilokasi tempat lori, ngirim getah karet ke Ujunggenteng, namun saat itu belum ada penyebrangan di Sungai Cikarang, sehingga getah karet dipanggul menyebrang sungai lewat bendungan pongton, di Garasi Desa Pasiripis, Kecamatan Surade, lewat terowongan yang dibangun tahun 1939-1940.
Kemudian tahun 1942 datang Jepang yang melanjutkan pembangunan jembatan namun hancur masa Agresi II.
Awalnya lewat Sungai Cikarang hilir, disana dibangun Pos penyebrangan, kemudian tahun 1942 masa Jepang angkutan karet Cijaksi dibawa lewat terowongan, melintasi Kampung Ciputat Desa Ciracap, lewat Kampung Simpang Desa Cikangkung, itu sebelum jalan Cikarang Ujunggenteng diperbesar.
Baca Juga: BPBD Bongkar Alat Peringatan Tsunami Rusak di Tegalbuleud dan Ciracap Sukabumi
Pada tahun 1951-jalan diperlebar sehubungan dibukanya perkebunan kelapa sawit di Kampung Cijoho Desa Cikangkung hingga ke Desa Ujunggenteng.
"Jelasnya getah karet Cijaksi Cikaso dikirim, lewat menyebrang Sungai Cikarang, ke Ujunggenteng, terus diangkut Kapal Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) keluar negeri," paparnya.
Ki Kamal mengatakan, kejayaan karet dari Cijaksi Cikaso, hampir sama dengan Cipetir Cikidang, sekitar tahun 1930-1940 terus masa peralihan sekitar 1951-1960, sekarang dikelola BUMN, PTPN VIII Cikaso.
Adapun Cerita mistik, lanjut Ki Kamal, dari narasumber Nuryadin (76 tahun) mantan pengawas perkebunan Cijaksi pernah cerita, bahwa sering mendengar perempuan dengan suara menjerit, dan suara bayi, di sekitar Hunyur Laki, sebuah tempat bukit berbatu. yang terletak diarah selatan perkebunan.
Baca Juga: PHK Sepihak dan Tidak Bayarkan Pesangon, PT Jati Kawi Sukabumi di Somasi
Konon ceritanya dulu pernah terjadi peristiwa pembunuhan karyawan, yang diperkosa yaitu seorang anak gadis serta seorang ibu yang masih memiliki bayi kecil, serta kepala rumah tangga. Dari cerita itu terjadi dilokasi areal pembibitan benih karet.
"Ada 4 warga yang meninggal disana yang mayatnya dibuang ke Hunyur Laki. "Namun tidak disebutkan kapan peristiwa itu terjadi, siapa namanya 4 warga tersebut, dan dibunuh oleh siapa, apakah oleh Belanda atau yang lain. Sampai sekarang masih misteri," ungkapnya.
Selain cerita mistik, juga terdapat pribahasa yang sampai saat ini dipergunakan yaitu Tetelo. "Kos hayam ku tetelo". Ternyata tetelo adalah nama kendaraan pengangkut getah karet, yang sering bolak balik ke penyebrangan Cikarang Ujunggenteng. Apabila lewat suka menggilas ayam.
Saking kencangnya jalan mobil, ayam-ayam kampung yang sedang main tidak sempat melarikan menyelamatkan diri, sehingga terlindas.
Baca Juga: Giat Ramadhan DPC PPP Kabupaten Sukabumi Bagikan 3000 Paket Sembako
Kemudian jika musim padi dijemur suka banyak ayam nakal. Maka si penunggu padi suka mengutuk ayam untuk diserahkan kepada jurig tetelo," pungkasnya.