SUKABUMIUPDATE.com - Dalam rangka mengantisifasi penyebaran Virus Polio di Kota Sukabumi, Dinkes Kota Sukabumi lakukan sosialisasi penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio cVDPV2 si aula kantor Dinas Kesehatan, Kota Sukabumi, Kamis (6/4/2023).
Sebelumnya, ditemukan Kasus Luar Biasa (KLB) Polio di Purwakarta pada 21 Februari 2023 lalu, atas dasar hal tersebut Dinas Kesehatan Kota Sukabumi gencar melakukan sosialisasi penanggulangan KLB Polio di Kota Sukabumi.
Diketahui, rencana respon imunisasi dan sasaran penanggulangan KLB, SUB Pekan Imunisasi Nasional (SUB PIN) dilaksanakan dalam dua putaran, dimulai pada 3 April 2023 lalu dalam waktu satu minggu dengan jarak minimal antar putaran adalah satu bulan, dengan target cakupan 95 persen untuk masing-masing putaran.
Selanjutnya, SUB PIN putaran ke dua akan dilaksanakan pada 13 April 2023 dengan waktu interval satu bulan. Jika berdasarkan kajian epidemiologi masih ditemukan resiko penularan, maka dapat dilakukan SUB PIN putaran berikutnya
Adapun sasaran SUB PIN tersebut meliputi seluruh anak usia 0 sampai 59 bulan, termasuk pendatang tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Kemudian, Vaksin yang akan digunakan adalah Vaksin jenis novel Oral Polio Vaccine tipe 2 (nOPV2) dengan kemasan 50 dosis per vial. Vaksin ini juga diketahui hanya digunakan pada pelaksanaan SUB VIN dalam rangka penanggulangan KLB tipe 2
Selain itu, peserta imunisasi dapat mendatangi tempat imunisasi yang telah di sediakan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Satuan pendidikan seperti PAUD atau TK dan Pos Imunisasi lainnya dibawah koordinasi Puskesmas
Menurut dr. Wita Darmawanti, bahwa faktor resiko penyebaran Virus Polio ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang tercemar oleh tinja.
"Banyak masyarakat kita yang belum tahu penggunaan Diaper atau Popok bayi dan pembalut yang baik dan benar, harusnya, setelah pemakaian itu dibersihkan dulu kotorannya lalu di buang kedalam closet, baru bisa dibuang (Diaper tersebut)" ujar Wita kepada sukabumiupdate.com, Kamis (06/04/2023).
Selain itu, Wita juga mengatakan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memiliki septi tank di rumahnya, sehingga air konsumsi dapat dengan cepat tercemar oleh virus tersebut.