SUKABUMIUPDATE.com - Menjelang bulan Ramadan 1444 H, ribuan warga memadati Lapang Cijapar Desa Gunungkaramat, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Mereka datang untuk meramaikan acara gelar saji 1.000 tumpeng, Sabtu (18/3/2023) pagi.
Dalam acara bertajuk refleksi 3 tahun Pemerintahan Desa Gunungkaramat itu, digelar 1.000 tumpeng yang isinya makanan lengkap dengan lauk serta hasil bumi, seperti umbi-umbian, buah, dan hasil bumi lainnya. Warga setempat, jajaran pemerintah kabupaten hingga perangkat desa berkumpul bersama dalam kegiatan itu.
Sekdes Gunungkaramat yang juga Ketua Umum Acara, Ken Saraswati mengatakan bahwa acara gelar saji 1.000 tumpeng ini merupakan pelaksanaan tahun kedua kalinya.
“Kegiatan ini juga sekaligus menyongsong bulan Ramadan, peringatan Isra Mi'raj juga," ujar Ken kepada awak media di lokasi.
Ken menyebut acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antar warga, juga antara pemimpin desa dengan warga Desa Gunungkaramat.
Baca Juga: 28 Tahun Ngamen di Sukabumi, Kisah Satim Sang Pemain Kecapi Sunda yang Tunanetra
Bahkan lebih jauh, kata Ken, kegiatan ini mempunyai makna menyatukan perbedaan serta merajut kain kebangsaan yang mungkin “terkoyak” pasca Pilkades tiga tahun lalu.
“Biasanya kalau Pilkades itu kalau satu periode gak selesai sekatan-sekatan, ini tujuannya agar masyarakat memiliki pemimpin dekat dengan masyarakatnya," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Ken, acara ini juga untuk mempertahankan kearifan lokal di Desa Gunungkaramat.
"Nah salah satu tujuan lainnya mempertahankan kearifan lokal, jadi tuang sasarengan sareng pejabat (makan bersama pejabat), tidak ada sekatan tapi tetap mengusung etika dan sopan santun," katanya.
Menurut Ken, pemilihan menu tumpeng dalam acara ini memiliki filosofi khusus. Ia menanalogikan bagian pucuk tumpeng menandakan seorang pemimpin, dan bagian bawah menandakan masyarakat. Jadi, kata Ken, pemimpin tidak akan terpilih jika tidak ada masyarakat.
"Tumpeng itu kerucut ya, kalau saya analogikan yang puncak ini adalah simbol pemimpin, sementara yang di bawah adalah masyarakat atau rakyatnya, pemimpin itu gak bakalan jadi kalau gak ada rakyatnya, simbolnya seperti itu," tutur Ken.
"Makanya tadi, pemimpin dekat dengan rakyatnya, rakyatnya memiliki pemimpinnya, simbolnya itu, tumpeng itu saya rasa sakralnya juga ada ya," tambahnya.
Baca Juga: 8 Tips Agar Puasa Ramadan Tetap Segar Seharian dan Tidak Lemas
Sementara itu Kades Gunungkaramat Subaeta mengatakan, kegiatan ini berdasarkan dari Program Pemkab Sukabumi bahwa kiranya desa Gunungkaramat adalah penunjang desa wisata yang terkait dengan Geopark Ciletuh.
Dari situ, kata Subaeta, pihaknya kemudian membuat satu gagasan dengan metode yang tak jauh dan kurang dari kegiatan budaya beberapa kampung adat di Kecamatan Cisolok terutama tradisi ‘seren taun’.
“Dari hal itulah kami menciptakan hal-hal yang biasa menjadi luar biasa diantaranya yaitu gelar saji seribu tumpeng,” katanya.
“Kan kalau berbicara tumpeng hari ini semuanya pada bisa, akan tetapi penyajian sampai seribu dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan swadaya, saya kira itu sangatlah jarang. Maka kami setiap memasuki bulan Ramadan kami mengadakan gelar saji seribu tumpeng, hitung-hitung pengganti acara papajar,” lanjutnya.
Sehingga Subaeta menegaskan kembali bahwa konsep acara ini yaitu kebersamaan atau tidak adanya batasan antara pemerintah dengan masyarakatnya.
“Intinya makan bareng antara pemerintah dengan masyarakatnya di tempat yang sama yaitu di lapangan,” jelasnya.
Lebih lanjut Subaeta menjelaskan, warga 7 dusun di Desa Gunungkaramat yang membuat 1.000 tumpeng ini. Mereka membuatnya dalam kurun waktu sehari semalam sebelum acara.
“Pembuatan seribu tumpeng ini ada nilai gengsi bagi warga, ada nilai perjuangan dalam pembuatannya. Warga itu satu malam full membuatnya. Seribu tumpeng dibagi tujuh kedusunan, masing-masing berarti membuat 150 tumpeng,” tandasnya.
Acara refleksi 3 tahun Pemerintah Desa Gunungkaramat gelar saji 1.000 tumpeng ini dihadiri Kepala DPMD, Kepala Dinas Pariwisata, Sekretaris Disbudpora, hingga Forkopimcam. Selain itu dimeriahkan pawai drum band hingga malamnya acara tablig akbar dengan menghadirkan 5 tokoh ulama.