SUKABUMIUPDATE.com - Cerita mistis datang dari Tanjakan Baeud di Kampung Baeud, Desa Warungkiara, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Tanjakan di Jalan Nasional Sukabumi-Palabuhanratu ini secara kasatmata sama seperti tanjakan lainnya, bahkan tidak terlalu tajam.
Namun, warga setempat mengatakan sering terjadi kecelakaan, terutama truk yang terguling akibat tak kuat menanjak di Tanjakan Baeud. Ini disampaikan warga bernama Eli Keling (56 tahun). Eli menyebut tak sedikit pengemudi yang menganggap remeh tanjakan ini sebelum mencobanya.
"Sebelum terjadinya patahan (jalan rusak) pun sering ada kecelakaan. Kebanyakan pengemudi menganggap remeh Tanjakan Baeud. Istilahnya, tanjakan ini seperti tidak menanjak. Tapi, begitu sopir pakai gigi dua (persneling) dari Palabuhanratu menuju Sukabumi, tiba-tiba tidak menanjak, lalu pindah gigi satu, tiba-tiba mungkin tidak masuk atau bagaimana, akhirnya mundur dan kalau beban begitu berat jadinya terguling," kata dia kepada sukabumiupdate.com pada Sabtu (18/3/2023).
"Di Tanjakan Baeud sering terjadi kecelakaan, tapi alhamdulillah tidak terlalu banyak korban, hanya kecelakaan material. Terbaru kemarin memang ada yang terguling, terjepit, lalu meninggal," imbuh Eli.
Baca Juga: Guling Munding dan Kekejaman Burnaby Lautier Bangun Jalan Kerbau di Sukabumi
Eli menyebut pengemudi yang akan melewati Tanjakan Baeud pasti cemberut lantaran sulitnya melintasi tanjakan ini. "Siapa pun yang mau berangkat pasti cemberut karena belum lewat. Jangankan orang lain, saya sebagai sopir truk kalau bawa kendaraan berat, di sini lah yang jadi masalah," kata dia.
Adapun terkait cerita mistis di Tanjakan Baeud, kata Eli, konon suatu ketika ada kerajaan dari utara dan kerajaan selatan akan bertukar cincin kawin. Dalam perjalanan, cincin perkawinan itu jatuh di lokasi ini. Untuk mencari cincin tersebut, Eli mengatakan ditaruh sosok jin seperti kura-kura.
"Karena orang sakti, jadi menaruh sosok jin di sini untuk mencari cincin. Jin seperti kura-kura besar atau kepiting ditaruh di sini. Jadi intinya, sebelum cincin itu ditemukan, (jin) jangan dulu beranjak dari Beud ini sehingga timbul bahasa Baeud," katanya. "Jadi ketika putri (kerajaan) mau berjalan dari utara ke selatan atau sebaliknya, dia kalau lihat lokasi ini pasti cemberut atau baeud karena cincinnya yang hilang," tambah Eli.
Eli menegaskan penjelasan tersebut hanya cerita turun-temurun dari orang tuanya. "Saya juga mendengar dari orang tua dulu saat mengobrol. Memang mayoritas orang tidak tahu," katanya.