SUKABUMIUPDATE.com - Palabuhanratu Sukabumi memiliki berbagai mitos yang beredar luas di masyarakatnya. Meski begitu, pantai selatan ini tetap selalu diserbu wisatawan lokal hingga mancanegara.
Soal Mitos Palabuhanratu Sukabumi, biasanya masyarakat sudah tidak asing dengan sosok Nyi Roro Kidul yang disebut sebagai ratu penguasa pantai selatan. Misalnya larangan menggunakan baju berwarna hijau.
Melansir dari forum.or.id, berikut 3 Mitos Pantai Palabuhanratu Sukabumi!
1. Mitos Kamar 308 Samudra Beach Hotel Pantai Palabuhanratu Sukabumi
Mitos angkernya Pantai Palabuhanratu Sukabumi kian terasa terutama ketika ada sebuah hotel di tepi pantai yang disorot. Namanya Hotel Inna Samudra yang sebelumnya bernama Samudra Beach Hotel.
Hotel di tepi pantai Palabuhanratu ini menyediakan kamar spesifik untuk Nyi Roro Kidul. Ya, kamar dengan nomor pintu 308 dengan desain interior berwarna hijau. Konon, Nyi Roro Kidul memang menyukai warna hijau.
Di dalam kamar 308 terdapat lukisan Nyi Roro Kidul yang ukurannya cukup besar. Karena dibuka untuk umum, sejumlah tamu kerap datang untuk meletakkan sesaji di kamar tersebut.
Meski tidak berpenghuni, pengelola hotel meyakini bahwa kamar 308 sesekali disinggahi oleh kanjeng ratu kidul.
Baca Juga: Kenapa Namanya Sukabumi? Sebelum Like Earth Kekinian, Ini Cerita Historis Kota Mochi!
2. Mitos Orang Bandung Dilarang Mandi dekat Pantai Palabuhanratu Sukabumi
Para sesepuh alias kuncen biasanya mewanti-wanti kepada orang Bandung yang hendak mandi di Pantai Palabuhanratu Sukabumi. Mitosnya, apabila orang Bandung mandi di pantai sekitar Palabuhanratu Sukabumi maka dapat terkena musibah, seperti tenggelam atau terbawa ombak.
Kisah ini memiliki mitos sejarah sejak zaman dahulu. Diceritakan, mitos bermula kala Raja kerajaan Pajajaran memperistri seorang wanita cantik. Namun, wanita tersebut hanya sebatas selir saja.
Usai mempersunting sang isteri, perempuan tersebut dikabarkan mengandung. Saking bahagianya, selir tersebut mengabarkan tentang kehamilan buah hati kepada raja. Bukannya bahagia mendapat keturunan, Raja Pajajaran malah murka dan berubah benci kepada sang selir.
Singkat cerita, Raja Pajajaran memerintahkan kepada para pengawalnya untuk membuang selir ini ke hutan belantara. Keputusan ini ternyata tetap menjadi buah kekecewaan sehingga hatinya pun sangat hancur dan terpaksa berjalan tanpa tujuan atau tak tentu arah.
Tanpa sadar selir Raja Pajajaran sampai hingga di pesisir pantai selatan Laut Jawa. Mengadapi sebuah pantai dan melihat lautan luas dengan ombak besar, wanita ini merasa sudah tidak ada jalan masa depan dan berniat untuk mengakhiri hidupnya.
Wanita yang menjadi selir raja berniat bunuh diri dengan menenggelamkan diri ke laut hingga terbawa arus. Tujuannya supaya kepedihan hidupnya dapat berakhir, meski jauh di lubuk hatinya bara dendam kepada Raja Pajajaran tak pernah berhenti berkobar.
Sayangnya, niat bunuh diri selir raja itu gagal, dia diselamatkan oleh penguasa laut kidul yang diceritakan mengutus jajaran pengawal untuk menyelamatkan wanita tersebut. Akhirnya, selir raja itu diangkat anak oleh Ratu Kidul dan diberi nama Roro Kidul yang kini dikenal sebagai "Nyi Roro Kidul".
Nyi Roro Kidul kemudian diajarkan berbagai ilmu kanuragaan, sehingga tumbuh sebagai sosok ratu dengan kesaktian dewa. Usai itu, Roro Kidul diberi daerah kekuasaan di pesisir laut selatan.
Baca Juga: Wisata Curug di Sukabumi, Cikaso Jadi Tempat Bersemayam Prabu Siliwangi?
Masih menurut mitos, wanita tersebut tetap menyimpan dendam kepada keturunan Raja Padjadjaran, hingga saat ini ketika ada orang Bandung datang ke sana sering dianggap 'Diambil Ratu Nyi Roro Kidul'.
Bermula dari kisah inilah, masyarakat meyakini akan ada saja musibah yang menimpa ketika orang Bandung datang. Mulai dari tenggelam atau bahkan meninggal. Menurut kuncen pantai Karang Hawu, laut seketika akan mengganas kalau terdengar rombongan wisatawan dari Bandung memasuki area pantai.
3. Larangan Menggunakan Pakaian Berwarna Hijau di Pantai Palabuhanratu Sukabumi
Mitos rahasia Palabuhan Ratu yang ketiga ini tidak hanya terkenal di pantai-pantai selatan Pulau Jawa saja. Ya, salah satunya Pantai Palabuhanratu Sukabumi.
Akhirnya mitos percaya agar terhindar dari musibah, pengunjung pantai harus mematuhi peraturan tidak menggunakan pakaian berwarna hijau.
Konon, hijau adalah warna favorit bagi Nyi Roro Kidul. Sehingga sebagai tamu di daerah kekuasaannya, pengunjung wajib menghormati Nyi Roro Kidul dengan tidak menggunakan pakaian berwarna kesukaannya.
Terlepas dari benar atau tidaknya mitos mengenai pantangan memakai baju berwarna hijau. Secara fakta, warna hijau bagi polisi air memang tampak serupa dengan birunya air laut.
Baca Juga: Fakta Goa Kutamaneuh Sukabumi: Tempat Robin Hood Indo, Perampok Emas 70-an Bersembunyi
Oleh karena itu, larangan untuk menggunakan pakaian hijau ini menjadi upaya antisipasi atau berjaga-jaga kalau ada pengunjung yang tenggelam.
Berdasarkan catatan redaksi sukabumiupdate.com, ada legenda tersendiri soal nama Palabuhanratu. Simak ulasan singkatnya!
Pantai Citepus, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, secara toponimi alam ada sungai Bernama Cipalabuhanratu yang mengalir ke sekitar dermaga Palabuhanratu, hal ini menunjukan bahwa keberadaan Palabuhanratu ini sudah dikenal luas.
Bahkan saat sersan Scipio berkunjung ke Palabuhanratu pada tahun 1687, lokasinya disebut Muara ratu. Titimangsa versi legenda tersebut cenderung berbeda, versi tertua adalah kisah Putri Mayang Cinde yang bukan berasal dari negeri ini tapi Kamboja.
Kisah ini disebutkan ratusan tahun sebelum masehi, dimana ada seorang mantan raja bernama pangeran Kama, berkelana mencari tanah suci dan kitab suci ke tanah Jawa.
Meski tidak disebutkan dari mana raja ini berasal, namun dari namanya diperkirakan dari sekitar India, mengingat di tengah perjalanannya bertemu dengan seorang Wanita cantik di pulau Campa dan menikahinya sehingga muncul istilah Kama Bojo (Kamboja).
Di India memang ada Dewa dengan kesan sensualitas yaitu Dewa Kama yang kita kenal kitabnya sebagai Kama Sutra. Pangeran Kama kemudian membangun candi Angkor Wat dan Angkor Tong serta melahirkan putri cantik Bernama Mayang Cinde dari hasil pernikahannya.
Hingga meninggal sang pangeran belum meneruskan perjalanannya, sehingga sang putri kemudian melanjutkan misi ayahnya menemukan tanah suci. Maka Mayang Cinde beserta Sebagian rakyatnya menuju selatan dan berlabuh di sebuah teluk dengan pantai indah, maka disebutlah pantai tersebut Palabuhanratu.
Sumber: berbagai sumber.