SUKABUMIUPDATE.com - Nasib malang dialami Sady Mulyana (19 tahun), remaja asal Kampung Nagrak, RT 01/08, Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi ini hampir seumur hidupnya harus mendapatkan perhatian khusus dari kedua orang tuanya, lantaran menderita tunadaksa atau cacat tubuh sejak usia 4 tahun.
Selama 15 tahun lamanya, putra keempat dari pasangan Edy (59 tahun) dan Nining (55 tahun) itu hanya menghabiskan hari-harinya terbaring di kasur. Badannya pun terbilang sangat kurus dibanding remaja lain yang sebaya dengannya.
"Sady menghabiskan waktu kesehariannya dengan berbaring di kasur selama kurang lebih 15 tahun, kedua kaki dan tangannya terbujur kaku," ujar Nuraeni (46 tahun), tetangga Sady Mulyana kepada sukabumiupdate.com, Rabu 25 Januari 2023.
Nuraeni merasa prihatin dan ingin membantu biaya perawatan tetangganya itu, namun apa daya, seperti halnya kedua orang tua Sady, ia juga hidup serba kekurangan.
Baca Juga: Soal Viral Bayi Diberi Kopi, Jokowi Sentil Posyandu dan BKKBN
Menurut Nuraeni, Ayah Sady merupakan seorang buruh panggul di Pasar Pelita. Sedangkan Ibu Sady seorang Ibu rumah tangga yang kesehariannya tak lelah untuk mengurus Sady.
Nuraeni menyebut penyakit yang diderita Sady ini bukanlah bawaan dari lahir, melainkan diduga akibat benturan keras di kepala. "Saat Sady usia 4 tahun, karena terjatuh dan seketika mengalami infeksi yang menyerang otak, diduga akibat benturan keras di kepala yang menyebabkan trauma kepala. Sehingga selama kurang lebih 15 tahun, Sady tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain," ungkapnya.
Untuk melakukan rutinitas seperti makan, minum dan lainnya dibantu orang tua, bahkan jika ingin buang air kecil dan sebagainya, lanjut Nuraeni, ibunya Nining harus rela menggendong anaknya ke kamar mandi.
"Kondisi tunadaksa ini biasanya ditandai dengan adanya gangguan koordinasi, adaptasi, komunikasi, dan mobilisasi, tetapi untuk Sady sendiri masih lancar untuk komunikasi, kendalanya hanya mobilisasi, sehingga sulit untuk bergerak, karena sekujur tubuhnya kaku," imbuhnya.
"Sebelumnya sudah pernah berobat selama setahun, tapi gak ada perubahan, itupun berobat kampung, karena keterbatasan biaya, mungkin lebih ke terapi sih harusnya," tambahnya.
Baca Juga: Cegah Stunting, Paoji Ajak Warga Jampangtengah Sukabumi Manfaatkan Daun Kelor
Menurut Nuraeni, karena selama 15 tahun hanya terbaring dan tak mendapatkan pendidikan layaknya anak seusia dirinya, membuat karakter atau kepribadian Sady jadi pemalu. Karena kondisi fisiknya itu juga membuat Sady mudah tersinggung, pemarah, rendah diri, penyendiri hingga frustrasi.
"Sady belum pernah merasakan bangku sekolah, karena keterbatasan, adapun sekolah kebutuhan khusus juga tidak pernah ditempuh oleh Sady, makanya hati saya tersentuh, ingin bantu tapi harta gak punya, saya harus gimana, semoga Sady mendapatkan uluran tangan dari para dermawan," pungkasnya.