SUKABUMIUPDATE.com - Palabuhanratu di selatan Sukabumi menjadi area di sekitar teluk yang mengalami pasang surut pertumbuhan sejak masa kolonial. Area ini pada awalnya adalah pantai yang sepi dengan penduduk yang tergolong miskin. Baru pada 1858 dan 1859, secara bertahap Palabuhanratu dibuka untuk perdagangan internasional sehingga pertumbuhan ekonomi cukup ramai. Ini dikatakan pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah.
Berdasarkan catatan sejarah yang dimilikinya, Irman mengatakan salah satu faktor pendukung perkembangan ekonomi di Palabuhanratu pada masa itu adalah keberadaan jalan gula yaitu jalur pengiriman komoditas dari Jampang, termasuk komoditas gula, yang dibawa masyarakat ke Palabuhanratu untuk kemudian dikirim melalui kapal ke banyak daerah. Mirip jalan sutra sebagai jalur perdagangan internasional beragam komoditas di Asia pada masanya.
Maka tak heran, pada 1862 Palabuhanratu dinobatkan sebagai Kota Pantai melalui Staatsblad Nomor 33/1862 dengan ciri gedung-gedung kantor urusan perdagangan dan keuangan serta gudang-gudang milik pemerintah dan swasta. Staatsblad (Het Staatsblad van Nederlandsch-Indie atau disebut Het Staatsblad van Indonesie) merupakan lembaran kertas yang berisi aneka peraturan resmi dari pemerintah yang mempunyai tahun penerbitan dan nomor urut.
"Namun seiring perkembangan pembangunan kereta api di pulau Jawa, aktivitas di Palabuhanratu dihentikan beriringan dengan penutupan teluk Palabuhanratu untuk perdagangan internasional pada 1875. Arus pengiriman komoditas pun mulai menggunakan jalur darat seiring dibangunnya jalan kereta api ke Sukabumi sejak 1882," kata Irman yang juga penulis buku Soekaboemi the Untold Story kepada sukabumiupdate.com pada Jumat, 30 Desember 2022.
Baca Juga: Menyingkap Laut Sukabumi: Jalur Narkoba Internasional hingga Ancaman Megathrust
Atas kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi menurun drastis sehingga menimbulkan gagasan dari warga Belanda bernama RA Eekhout yang bekerja sama dengan keluarga Gentis dan membuat Kota Resort Internasional Bernama Gentisville pada 1902. Setahun sebelumnya, Eekhout sudah berhasil mendorong pembukaan pelabuhan untuk kapal Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Ini merupakan bagian dari rencana pengembangan Kota Resort.
Selain keindahan pantai dan air panasnya, Gentisville menawarkan hotel mewah, perumahan mewah, kendaraan, termasuk hiburan. Namun Proyek ini gagal akibat kebakaran dan kasus perampokan di Batavia yang dilakukan keluarga Gentis. Sejak itu Palabuhanratu kembali sepi. Eeekhout masih berupaya mengangkat perekonomian Palabuhanratu dengan rencana pembangunan jalur kereta api Cibadak-Palabuhanratu, bahkan berlanjut hingga Ciletuh, Agrabinta, hingga ke Bandung.
"Namun, upaya itu juga buntu hingga Jepang masuk ke Palabuhanratu," kata Irman yang kini sebagai Ketua Yayasan Dapuran Kipahare.
Pascakemerdekaan, Palabuhanratu hanya menjadi lokasi wisata yang terbilang sulit karena jalan kurang layak. Tetapi, satu tokoh yang tertarik dengan Palabuhanratu saat itu adalah presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno atau Bung karno.
Konon, Bung Karno mempunyai hubungan mistis dengan Palabuhanratu maupun simbolnya seperti Nyi Roro Kidul. Sebab seringnya mengunjungi Palabuhanratu, terutama dengan salah satu istrinya yaitu Siti Suhartini atau Hartini, Bung Karno memahami betul persoalan ekonomi di Palabuhanratu.
B
Irman menyebut sering kali pada sore hari Bung Karno melihat nelayan beraktivitas melaut dan menjadi bahan perenungan bagaimana mengangkat perekonomian kembali wilayah ini.
Bung Karno kemudian memutuskan membangun sebuah hotel modern dan megah pada masanya dengan menggunakan pampasan perang dari Jepang. Agaknya Bung karno terinspirasi dengan perkembangan kota-kota dunia yang mengombinasikan pariwisata dan judi seperti Las Vegas di Amerika Serikat.
Baca Juga: Menanti Tol Palabuhanratu, Jejak Sejarah Infrastruktur Selatan Sukabumi dari Abad 17
Kota Judi berjuluk "Sin City" itu tengah mengalami perkembangan besar pada dekade 1950-1960-an dan mendapat pendapatan yang fantastis dari kasino-kasinonya. Pariwisata dan judi seolah menjadi bensin pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama terjadi pada Macau dan Singapura pascakeruntuhan Bung karno.
Pada 1962 pembangunan hotel dimulai di Palabuhanratu. Hotel ini dibangun di atas lahan seluas 60 hektare termasuk lahan pembuatan lapangan golf seluas 34,5 hektare. Tinggi bangunannya 32 meter, panjang 100 meter, lebar 13 meter, dan letak bangunannya memanjang dari timur ke barat bertulang beton dan menghadap Samudra Hindia.
Prediksi Bung karno, hotel ini akan banyak dikunjungi pengunjung dari luar Sukabumi. Bung Karno juga menyiapkan landasan helikopter untuk mengatasi persoalan akses jalan darat yang sulit.
Target keberadaan hotel itu adalah orang-orang kaya supaya menghabiskan uangnya di Palabuhanratu. Untuk memancingnya tidak tanggung-tanggung, Bung Karno menyiapkan ruangan seluas 20x8 meter di lantai delapan hotel sebagai ruang kasino yang disebut Domino Room, nama salah satu permainan yang disukai Bung Karno. Dia juga berencana membuat pelabuhan untuk kapal pesiar yang membawa tamu dari luar negeri ke tempat tersebut.
"Bung Karno bercita-cita orang-orang dari negeri tetangga memilih tempat ini untuk berjudi, tidak perlu jauh-jauh ke Las Vegas," ujar Irman.
Secara teori maksud Bung karno itu tidak keliru karena faktanya perjudian ibarat spons yang bisa mengisap uang dengan cepat. Ini juga yang di kemudian hari menjadi strategi Ali Sadikin untuk membangun Jakarta.
Namun, angan-angan Bung karno itu banyak mendapatkan penolakan terutama dari kalangan Islam di antaranya Gasbiindo (Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia) dan PII (Pelajar Islam Indonesia) yang menentang keras melalui pernyataan resminya mendesak untuk mencabut izin perjudian di Domino Samudera Beach Hotel Palabuhanratu.
Baca Juga: Pesanggrahan Tenjo Resmi di Sukabumi, Kisah Metafisik Soekarno dan Nyi Roro Kidul
Kondisi politik saat itu memang sedang panas akibat gejolak politik internal Indonesia, ditambah suasana politik yang sedang menentang praktik kebudayaan barat yang salah satunya adalah judi.
Hingga pada akhirnya Bung karno mengalah dengan membatalkan kegiatan perjudian itu bahkan melalui SK Presiden atau Keputusan Presiden Nomor 133 Tahun 1965 tentang Pernyataan Permainan Lotre Buntut Sebagai Kegiatan Subversi. Termasuk musik Ngak-Ngik-Ngok sebagai hal yang terlarang dan merusak mental bangsa.
"Hingga peresmiannya pada 1966, ruang kasino itu tidak digunakan untuk perjudian, hanya untuk permainan biasa sebagai hiburan," kata Irman.
Meskipun begitu, prediksi Bung karno tidak meleset. Pada masa awal pembukaan, banyak orang kaya yang ingin datang ke Palabuhanratu dan menginap di hotel ini engan menggunakan helikopter yang hanya membutuhkan waktu 30 menit dibanding jalan darat yang hampir empat jam dari Jakarta. Bahkan sebagian lagi rela menyewa pesawat kecil melalui lapangan terbang Rawakalong yang dimiliki Angkatan Laut.
Perkembangan awal yang kemudian hari disambut pembukaan lapangan terbang Palabuhanratu oleh Pertamina Bersama Pelita Air pada masa booming minyak. Namun masa itu kemudian surut kembali seiring turunnya harga minyak dan kurang efisiennya transportasi udara.
"Kini kita masih berharap pembukaan akses yang lebih luas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Palabuhanratu karena sudah diketahui jalur darat sering memiliki persoalan terhambatnya akses baik karena jalan rusak maupun pergerakan tanah," ujar Irman.
Dalam sumber lain, Samudera Beach Hotel adalah suatu Badan Usaha Milik Negara atau BUMN yang dibangun pada 1962 dan selesai akhir 1965, tiga bulan lebih cepat dari waktu yang telah direncanakan. Sementara yang belum selesai adalah pembangunan restoran terapung di depan hotel.
Biaya pembangunan hotel ini adalah dari dana pampasan perang Jepang sebesar Rp 660 milyard (uang rupiah lama) dan pelaksana pembangunannya PN Pembangunan Perumahan dari Indonesia dan Taisei Kanko Kabushiki Kaisha Ltd dari Jepang.
Kekinian, pada Agustus 2022, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR menyosialisasikan rencana pembangunan Tol Cibadak-Palabuhanratu. Pemerintah Kabupaten Sukabumi menyatakan siap bersinergi dengan Kementerian PUPR dalam merealisasikan percepatan pembangunan Tol Cibadak-Palabuhanratu (Cibaratu).
Hal itu terungkap usai Pemerintah Kabupaten Sukabumi menggelar rapat membahas skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) pembangunan Jalan Tol Cibaratu, rusunawa, sampah, air minum, dan destinasi wisata di Pendopo Sukabumi, dua bulan setelahnya atau Oktober 2022.
"Sebetulnya rencana KPBU secara umum, bukan Cibadak-Palabuhanratu saja. Khusus Cibadak-Palabuhanratu sesungguhnya sudah ada perencanaan dari Kementerian PUPR, kita mencoba mensinergikan agar pembangunan dapat dipercepat realisasinya," kata Staf Ahli Bupati Sukabumi Bidang Pembangunan, Ekonomi, dan Keuangan, Bambang Widyantoro.
Menurut Bambang, fungsi jalan tol tersebut sangat strategis bagi Kabupaten Sukabumi sehingga pemerintah daerah mencoba membantu supaya terjadi percepatan pembangunan.
"Sekarang sedang tahap penyusunan AMDAL. Belum ada target pasti. Kalau isu sih sekitar tahun 2035 (mulai dibangun), terlalu lama, makanya diadakan rapat untuk mencoba membantu agar ada percepatan pembangunannya," ujar dia.
Bambang mengatakan Pemerintah Kabupaten Sukabumi akan membantu sisi perencanaan tata ruang. Sementara terkait skema KPBU, lanjut dia, akan dilaksanakan melalui tender konsesi pengelolaan jalan tol dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR.