SUKABUMIUPDATE.com - Warga penyintas bencana pergerakan tanah di Kampung Nyalindung, Desa Pasirsuren, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi menagih solusi dari pemerintah. Lebih 9 bulan mereka mengungsi tanpa kejelasan kapan relokasi yang dijanjikan itu bisa direalisasi.
Untuk diketahui, bencana yang terjadi mulai Maret 2021 silam itu membuat puluhan rumah warga rusak, belasan diantaranya rusak berat. Warga korban bencanapun ada yang bertahan atau memilih mengungsi.
Namun lama kelamaan warga yang bertahan terus dihantui bayangan bencana susulan, hingga akhirnya memilih mengungsi. Awalnya di rumah tetangga dan kerabat, namun karena terlalu lama mereka banyak yang tinggal di rumah kontrakan berbayar setiap bulannya.
Baca Juga: Palabuhanratu-Sukabumi Longsor, PVMBG: Masuk Kawasan Rawan Pergerakan Tanah
Sejak masa tanggap bencana ditutup beberapa waktu lalu, belum ada keputusan kapan mereka menempati Hunian Sementara atau Huntara.
“Kemarin itu katanya di Desa (Pasirsuren) ada rapat, cuman yang diundang itu tidak semua entah bagaimana, yang mengadakan acara Kecamatan. Bahasa sementara ini insya allah mudah-mudahan nanti akan direlokasi di kebon karet, tapi mudah mudahannya gak tahu kapan (tidak jelas),” ujar Deyi Rosyidah (40 tahun) warga setempat kepada sukabumiupdate.com, Senin (26/12/2022).
Ia mengaku geram karena setiap rapat yang diadakan, tak pernah menghasilkan solusi konkrit. Harapan warga saat ini, lanjut dia, sudah bukan “mudah-mudahan” lagi, tapi segerakan direlokasi.
Baca Juga: 2 Kecamatan di Sukabumi Resiko Tinggi, PVMBG Rilis Potensi Pergerakan Tanah Terbaru!
“Kondisi di sini semakin hari semakin mencekam. Bukan saya memudahkan ke yang rumit. Bisa gak ke Pemkab Sukabumi memutuskan cepat, GOR nganggur, Aula nganggur, untuk warga yang tinggal di zona merah ini sok arah-arahkeun,” kesalnya.
“Harus hemat berpikir, daripada sekarang dipakai acara mengadakan dangdut, mengadakan wayang golek, coba arahkan masyarakat tertentu yang jelas terdampak bencana di sini, perhatiin, maksudnya gitu,” sambungnya.
Ia mengaku sudah diingatkan oleh pemerintah setempat untuk mengosongkan rumah, hingga diminta meningkatkan kewaspadaan, tapi disatu sisi, katanya, warga saat ini bingung dengan kondisi tanpa kepastian.
Baca Juga: Terdampak Gempa, BNPB Sebut Pemerintah Akan Bantu Perbaiki Rumah Rusak di Sukabumi
“Ninggalin rumah, perginya kemana. Ngontrak, gadai rumah, harus punya uang. Bisa katanya numpang di saudara, mau sampe kapan numpang di rumah saudara. Apakah ada solusi terbaik yang bisa segera kami rasakan kenyamanan, saya mewakili masyarakat disini. Ari kami teh masuknya Warga kabupaten dan provinsi mana nyak?” kesalnya.
Deyi bahkan mengaku semakin geram, dengan keterangan pemerintah kecamatan setempat, bahwa belum jelasnya relokasi ini karena dananya belum tahu dari mana.
“Saya bukan menganggampangkan, saya tahu prosedur, katanya dananya belum “katoong” (terlihat), belum tahu dari mana, jangan gitu, saya tidak bodoh, apa susahnya sih minta bantuan ke pemerintah pusat?,” ketusnya.