SUKABUMIUPDATE.com - Hari ini 77 tahun yang lalu, tepatnya 9 Desember 1945 Sukabumi memiliki catatan historis pertumpahan darah.
Perjuangan Rakyat Sukabumi di Bojongkokosan terekam sejarah sehingga 9 Desember diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi.
Menilik Fakta Rekam Jejak Perjuangan dan Darah Pendahulu Bangsa dalam Tragedi Bojongkokosan, dilansir dari berbagai sumber!
1. Waktu Pertempuran Bojongkokosan dan Sang Pemimpin
Mengutip berita sukabumiupdate.com sebelumnya, peristiwa Pertempuran Bojongkokosan Sukabumi terjadi sekitar tiga bulan pasca kemerdekaan diproklamirkan, yakni 9-12 Desember 1945.
Pertempuran Bojongkokosan dipimpin oleh Letnan Kolonel Eddie Soekardi yang merupakan warga Sukabumi.
Kehadiran Eddie Soekardi di balik Hari Juang Siliwangi menjadi bukti kontribusi nyata warga Sukabumi mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca Juga: Hari Juang Siliwangi, Andri Ajak Pemuda Sukabumi Teladani Perjuangan Bojongkokosan
2. Kronologi Peristiwa Pertempuran Bojongkokosan Dibalik Hari Juang Siliwangi
- Sebelum Pertempuran Bojongkokosan
Pada 29 September 1945, Panglima Skadron Penjelajah V Inggris, Laksamana Muda W.R. Patterson tiba bersama Ch. O. van Der Plas, Wakil Kepala NICA (Netherlands Indies Civil Administration) untuk membentuk Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.
Mereka melakukan konvoi APWI (Allied Prisoners of War and Internees), yang bertugas melakukan pengiriman dan pemulangan tahanan perang.
Dengan pengamanan ketat yaitu dikawal oleh Batalyon 5/9 Jats, satuan tentara Inggris yang berasal dari Punjab, India. Konvoi ini terdiri atas 150 truk yang dikawal Tank Sherman, Panser Wagon, dan Brencarrier.
- Pertempuran Bojongkokosan dalam Empat hari Serangan Pertama
Pertempuran Bojongkokosan berlangsung selama empat hari lamanya di tanah Pasundan ini yaitu pada 9-12 Desember 1945.
Sebanyak tiga ribu personel Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dibantu oleh Laskar Pejuang Rakyat Sukabumi dikerahkan untuk menghadang konvoi tentara Sekutu di Jalur Sukabumi-Cianjur, salah satunya di Bojongkokosan, sebelah barat laut Kota Sukabumi.
Batalyon I sebagai pemukul pertama, dipimpin oleh Mayor Yahya B. Rangkuti bersiaga di Jalan raya Ciawi-Cigombong-Cibadak, yang berjarak 18 km.
Kemudian penyerangan kedua dilakukan oleh Batalyon II yang dipimpin oleh Mayor Harry Soekardi. Lokasi penyerangan kedua berada di Cibadak hingga Sukabumi bagian barat, juga berjarak 18 km.
Selanjutnya, Batalyon III dipimpin oleh Kapten Anwar berjaga dari Gekbrong hingga Ciranjang Cianjur, berjarak sejauh 30 km.
Terakhir, Mayor Abdulrachman memimpin Batalyon IV di jalan raya Sukabumi bagian timur hingga Gekbrong, berjarak 15 km.
Pada 9 Desember 1945, hari pertama pertempuran Bojongkokosan, konvoi sekutu melewati wilayah Cicurug.
Ketika kepala konvoi sampai di Bojongkokosan, satu ruas jalan dengan tebing di kedua sisinya, mereka mendapatkan serangan tiba-tiba.
Sementara ekor konvoi masih berada di Cicurug mendapatkan serangan kedua. Akhirnya, konvoi panik dan perang tidak terelakkan.
Baca Juga: Perang Konvoi Bojongkokosan, Napak Tilas Kirab Siliwangi dari Sukabumi ke Cimahi
Bombardir Cibadak oleh Royal Air Force (RAF)
Pada 10 Desember 1945 pagi, RAF, angkatan udara independen tertua di dunia, membombardir Cibadak hingga sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB.
Serangan balasan tersebut merupakan serangan udara paling dahsyat sepanjang sejarah perang di Pulau Jawa. Sementara Batalyon Jats yang tersisa berusaha menyatukan diri dan beristirahat di Kota Sukabumi.
Hari berikutnya di 11 Desember 1945, Markas Sekutu di Cimahi mengirim Batalyon 3/3 Gurkha Rifles sebagai bantuan atas pertempuran ini.
Namun, pasukan berhasil dihadang oleh Batalyon III di sepanjang Jalan Raya Cianjur. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Letkol Eddie ini menggunakan taktik “Hit and Run” atau gerilya.
Batalyon Gurkha Rifle dan Jats kemudian bergabung pada malam harinya di kota Sukabumi.
Mereka akhirnya memohon untuk dapat melanjutkan perjalanan ke Bandung dan tidak diganggu. Permohonan bahkan dilakukan oleh Mayor Rawin Singh, seorang juru runding.
Akibat peristiwa tersebut, Pemerintah Inggris dikecam oleh berbagai pihak, terutama keluarga tentara dan pers internasional, yang menghebohkan Parlemen Inggris.
Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), Pasukan Sekutu yang mendarat di Indonesia sebelum Jepang, dengan terpaksa mengakui ketidakmampuannya menjalankan Misi Internasional.
Mereka harus kembali pada kesepakatan Konferensi Postdam hingga AFNEI meminta bantuan Pemerintah RI dan mengalihtugaskan Misi Internasional kepada TKR.
Pertempuran Konvoi pada 9 hingga 12 Desember 1945 di Bogor, Sukabumi dan Cianjur, memberikan hikmah bahwa Republik Indonesia secara tidak langsung telah mendapatkan pengakuan (de facto) dari pihak Sekutu, yang menggugah dunia Internasional.
3. Inggris dirugikan dalam Pertempuran Bojongkokosan
Kala itu, inggris menjadi pihak paling dirugikan baik materi maupun prajurit.
Medan perang Bojongkokosan menyebabkan personil sekutu luka-luka hingga gugur dalam tragedi.
Tak cukup sampai disitu, sekitar 150 kendaraan tempur turut menjadi korban pertempuran hebat di Bojongkokosan. Salah satunya tank Sherman, tank canggih pada masa itu sekaligus salah satu tulang punggung sekutu dalam Perang Dunia II.
Baca Juga: Wali Kota Sukabumi: Nilai Edukasi dalam Kirab Siliwangi Perang Konvoi Bojongkokosan
4. Museum Palagan Bojongkokosan Bukti Perjuangan 1945
Mengutip asosiasimuseumindonesia.ord, Museum Palagan Bojongkokosan adalah salah satu museum kebanggaan masyarakat Sukabumi. Museum ini dibangun sebagai tanda peringatan dan rasa hormat untuk para pahlawan yang gugur pada “Peristiwa Bojongkokosan” 9 Desember 1045.
Tragedi Bojongkokosan merupakan pertempuran antara para pejuang Sukabumi dengan Sekutu Inggris serta NICA (Belanda) yang ingin mengembalikan penjajahannya di Indonesia.
Museum Palagan Bojongkokosan beralamat di Jl. Raya Siliwangi, Desa Bojongkokosan, Kec. Parungkuda, Kab. Sukabumi, Jawa Barat.
Pembangunan Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan dilakukan sesuai surat Ketua Umum Panitia Pemugaran Monumen Perjuangan 1945 NO. 20 PPM-BK/XII/1992. Kemudian diresmikan pada 13 November 1992 oleh R.Moh.Yogie Suardi Memet (Gubernur Jawa Barat 1985 – 1993).
Koleksi utama museum Bojongkokosan adalah diorama, puing pesawat RAF, senjata laras panjang Len Enviel, senjata laras pendek VOC, Helmet Pasukan Sekutu dan TKR, pedang dan golok pasukan Kelaskaran Rakyat.
5. Kisah Kepahlawanan Hari Juang Siliwangi di Museum Palagan Bojongkokosan
Situs resmi kebudayaan.kemdikbud.go.id, menerangkan kisah kepahlawanan R.H. Eddie Soekardi dan adiknya R.H. Harry Soekardi terabadikan di Museum Palagan Bojongkokosan.
Lebih jelas tentang Museum ini yakni pada ruang pameran I terdapat 4 (empat) buah vitrin dan baling-baling, kaca jendela pesawat serta foto dan nama–nama pahlawan yang gugur di medan perang dalam peristiwa Bojongkokosan.
Kemudian ruang pameran II berisi: Miniatur masterplan Palagan Bojongkokosan yang berada di tengah-tengah ruangan, 7 Minirama (maket) yang menggambarkan tentang peristiwa di Bojongkokosan.
Masing- masing peristiwa diberi judul meliputi Penyusunan Kekuatan, Musyawarah untuk melakukan tindakan, Penyerbuan ke Perkebunan Cirohani, Pertempuran Bojongkokosan, Pemboman Cibadak oleh Angkatan Udara Kerajaan Inggris, Pengusungan Jenazah dan yang luka-luka, dan Minirama serta Pemakaman Jenazah para Pahlawan.
Baca Juga: Ditarget Rampung 2023, Pemkot Sukabumi Akan Bangun Museum KH Ahmad Sanusi
6. Pertempuran Bojongkokosan Menyulut Peristiwa Bandung Lautan Api
Pertempuran Bojongkokosan termasuk salah satu faktor pemicu terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946.
Hal ini karena berdasarkan tinjauan strategi Nasional, daerah jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung, merupakan urat nadi kekuatan Sekutu untuk menguasai daerah yang dilalui jalur tersebut.
Saat ini Peristiwa Pertempuran Bojongkokosan diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi dimana pemimpin gerilya saat itu adalah warga Sukabumi, Letnan Kolonel Eddie Soekardi.
Sekilas tentang Letkol Eddie Soekardi asal Sukabumi
Eddie Soekardi lahir di Sukabumi pada 18 Februari 1916. Beliau merupakan putra tertua dari pejuang kemerdekaan Indonesia yang juga berasal dari Sukabumi yakni Raden Haji (RH) Didi Soekardi.
Anak-anak dari RH Didi Soekardi banyak berkiprah baik secara nasional maupun lokal di Sukabumi. Contohnya adalah Mayor Hary Soekardi, adik Eddie Soekardi yang menjadi salah satu pemimpin perang Bojongkokosan.
Karir militer Eddie Soekardi berakhir pada 1957 dengan pangkat kolonel, setelah pensiun beliau berkecimpung dalam usaha pengembangan bunga anggrek di Bandung. Hingga akhirnya beliau meninggal dunia pada 5 September 2014 silam.
Baru-baru ini, nama Eddie Soekardi diabadikan menjadi nama sebuah jalan di jalur lingkar selatan Sukabumi.
Kini, nama jalan tersebut diubah menjadi Jl. Eddie Soekardi sebagai bentuk penghormatan kepada salah satu pahlawan Indonesia.
Selain itu, pihak Inggris telah mengakui kehebatan para pejuang yang dipimpin Eddie Soekardi dalam buku bertajuk "The Fighting Cock". Sang penulis (Kolonen A.J.F Doulton) menyebut jalur Bojongkokosan merupakan jalur neraka bagi tentara Inggris saat itu.
Diketahui, karena peralatan musuh yang cukup canggih pada masanya, maka sulit untuk melakukan perang terbuka. Letnan Eddie Soekardi kemudian memutuskan untuk bergerilya (Hit & Run) di sepanjang jalur area pertempuran.
Sumber : berbagai sumber.