SUKABUMIUPDATE.com - Persoalan mengenai sampah seakan tak ada habisnya. Berbagai upaya serta inovasi bermunculan untuk mengurangi menumpuknya sampah, seperti pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular oleh Pointtrash Indonesia di Sukabumi.
Adin Putra Perdana, CEO & Co-Founder Pointtrash menyatakan Pointtrash merupakan startup lokal asli Sukabumi yang berjalan baru 2 tahun. Pointtrash merupakan sebuah platform pemilahan dan jual beli sampah an-organik.
Andin menjelaskan,Pointtrash terinspirasi dari pengalaman masa kecil ketika melihat bapak-bapak yang membawa timbangan berkeliling ke rumah-rumah warga untuk mencari barang-barang tak terpakai berbahan plastik seperti ember belah, baskom pecah hingga panci bolong dan ditukarkan dengan snack ball atau ciki.
Baca Juga: Banyak Sampah Plastik di Laut, Tantangan dan Potensi Minapolitan di Sukabumi
“Pointtrash di era 4.0 mendigitalisasi itu. Contoh ketika ada yang punya buku bekas atau kardus bisa diangkut oleh Pointtrash. Tinggal diinstal aplikasinya, kemudian setelah instal tinggal pilih order pilah sampah nanti pihak mitra Pointtrash datang untuk mengangkut sampah non organik yang dimiliki,” ujarnya.
Nanti uangnya berbentuk cashless atau tak pakai uang fisik, masuk ke e-Wallet. Uang itu dapat ditarik ke Shopee Pay, OVO dan Gopay.
“Bahwa sampah itu bisa menjadi sumber pendapatan alternatif masyarakat,” ujar Adin dalam workshop Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular yang diselenggarakan Pointtrash dan Sukabumiupdate.com di Kopi Bumi Jl. Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Rabu (7/12/2022).
Baca Juga: Truk Menumpuk di TPA! Penyebab Sampah Warga Sukabumi Sempat Tak Diangkut
Workshop tersebut dihadiri mahasiswa dari kampus di Sukabumi, himpunan mahasiswa kemudian komunitas juga para guru yang peduli lingkungan serta jurnalis.
Lebih lanjut, Adin menyatakan pointtrash memberi warna bagi pihak-pihak yang konsen terhadap persoalan lingkungan.
“Ekonomi sirkular ini adalah lawan dari sistem ekonomi linear. Ekonomi linear itu terkenal dengan 3 prinsipnya, produksi, memakai dan membuang. Sistem ekonomi sirkular sudah mulai diterapkan 2012 di eropa, cuman di Indonesia belum menyeluruh dan merata,” ujarnya.
Baca Juga: 5R: Gaya Hidup Kurangi Sampah Plastik
Dengan prinsipnya produksi, memakai dan membuang, maka ekonomi linear akan menimbulkan krisis sumber daya.
“Sumber daya materilnya, misal kertas dibuat dari pohon. Mungkin sumber daya alam yaitu pohon akan habis dibabat untuk bikin kertas baru, kalau kertas lama yang sudah dipakai tidak didaur ulang,” ujarnya.
Dengan prinsip ekonomi sirkular maka terjadilah sirkulasi perputaran dari sisi material, maka akan menjadi kekuatan untuk ketahanan. Karena materialnya tidak mengambil langsung dari alam lagi baik sumber daya mineral dan lain sebagainya.
“Hal apa yang mendasari Pointtash ini kepada ekonomi sirkular yang pertama mengedukasi masyarakat untuk pilah sampah, sampah ini kan ada organik, non organik dan B3," katanya.
Pemilahan sampah ini dilakukan supaya veluenya muncul. "Kalau mau nilai ekonomisnya muncul kita pilah dulu. Memilah sampah ini tak sulit, minimal ada 2 tempat sampah di rumah, tak mesti beli pakai saja karung bekas, sesederhana itu,” jelasnya.
Baca Juga: Film Train To Busan Akan di Remake Amerika, Netizen: Akan Jadi Sampah
Sementara itu, Budiyanto, wartawan yang fokus mengenai isu lingkungan menyatakan sampah memicu berbagai persoalan, mulai dari penyakit hingga bencana.
Dia menyatakan pemberitaan mengenai sampah kerap kali menjadi sorotan. Seperti kejadian pemulung di TPA di Sukabumi yang mengkonsumsi sayuran yang dibuang ke TPA tersebut.
“Karena sayuran-sayuran dari pasar dibuang ke TPA. Jadi ada pemulung yang memanfaatkan sampah organik itu untuk dikonsumsi. Waktu itu teman-teman ada yang mengangkat beritanya, sampai saat itu kepala daerahnya sempat marah, cemberut ke jurnalis,” ujarnya.
Baca Juga: Ada Tempat Penampungan, Sampah Malah Berserakan di Jalan Ciracap Sukabumi
Kondisi memprihatinkan itu merupakan salah satu dari dampak sampah. Maka sebagai jurnalis, Budiyanto sangat mengapresiasi ketika ada pihak yang konsen untuk memecahkan persoalan sampah ini.
“Seperti warga yang membuat sampah bungkus kopi menjadi tikar atau aksesoris. Kemudian saya pernah meliput ada warga yang membuat spanduk dari bungkus bekas kopi,” ujarnya.
Dia menyatakan, penanganan sampah itu harus dimulai dari hal kecil dan dari diri sendiri. Sebab apabila disepelekan akan berdampak tidak baik bagi lingkungan.
Workshop Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular dengan moderator Handi Salam, diisi dengan tanya jawab dan diskusi.
Penulis: Abdi (Magang)