SUKABUMIUPDATE.com - Mobil sedan milik Harsono (53 tahun) warga Kampung Pasir Jondang RT 01/02 Desa Tenjoayu, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terkena serpihan debu yang disebut-sebut sebagai abu vulkanik akibat erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur.
Pernyataan tersebut disampaikan adik kandung Harsono, Santi Pangestu (42 tahun), kepada sukabumiupdate.com, Senin, 5 Desember 2022. Santi menyebut dugaan adanya abu vulkanik Gunung Semeru itu muncul saat Harsono membersihkan mobilnya pada Senin kemarin sekira pukul 09.00 WIB.
Mobil itu dibersihkan Harsono lantaran Senin sebelum waktu Subuh turun hujan di Desa Tenjoayu dan sekitarnya. Ketika hujan ini mobil tersebut terparkir di depan rumah Harsono tanpa penutup atau sarung yang melindungi mobil dari hujan, terik matahari, atau debu. Padahal biasanya selalu ditutupi.
Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru, Simak Bahaya Abu Vulkanik untuk Kesehatan Tubuh
"Karena tidak ada garasi, kakak saya biasa parkir di situ. Biasanya sih tertutup oleh sarung mobil. Tapi lantaran sebelumnya pulang larut malam, mobilnya tidak sempat ditutup sarung jadi terkena hujan dan debu," kata Santi. "Beberapa menit saat membersihkan mobil, kakak saya merasakan seperti ada serpihan debu yang diduga abu vulkanik di atas kepalanya. Serpihan debu itu disapu oleh tangan dan terasa kasar," imbuh dia.
Setelah membersihkan mobilnya, Santi mengatakan sekira pukul 12.30 WIB terlihat ada debu berupa serbuk putih yang diduga abu vulkanik. Debu ini menempel pada badan mobil Harsono. "Kakak saya langsung memanggil dan bilang mobil kayaknya terkena letusan Semeru," ujar Santi.
"Saya mencoba mengabadikan kejadian itu dengan merekam menggunakan handphone. Setelah dicek dengan terus diperhatikan, memang beda, tidak seperti debu biasa," tambahnya.
Baca Juga: Mengenal Gunung Semeru, Salah Satu Gunung Tertinggi di Indonesia
Minggu sore, 4 Desember 2022, Santi mengatakan Harsono pergi ke Depok bersama istri dan anaknya menggunakan mobil itu untuk mengantar anaknya bekerja di Depok. Sepanjang perjalanan dari Depok hingga kembali ke Sukabumi pukul 22.00 WIB, Harsono menyatakan tidak turun hujan. Semua jalanan yang dilewatinya kering. Bahkan ketika pulang mobil masih kering dan bersih.
Kondisi Gunung Semeru
Sehari setelah penetapan status Awas pada Minggu, 4 Desember 2022, Gunung Semeru terekam masih sempat melepaskan awan panas, meski tidak semasif hari Minggu. Awan panas guguran pada Senin kemarin jangkauannya satu dan tujuh kilometer ke arah tenggara.
"Erupsi-erupsi kecil masih tinggi. Suplai magma masih terjadi. Dinamika di titik erupsi di permukaan masih tinggi,” kata Koordinator Gunung Api di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Oktory Prambadadia, Senin, 5 Desember 2022.
Mengutip tempo.co, Oktory menerangkan erupsi dan awan panas guguran adalah dua mekanisme yang berbeda. Erupsi disebutnya selalu terjadi hampir setiap saat di Gunung Semeru. Seperti yang belakangan terjadi, PVMBG mencatat 10-40 kali per hari atau bahkan bisa setiap 15 menit.
“Konsekuensi dari erupsi itu adalah penumpukan material. Dan penumpukan material ketika sudah tidak seimbang akhirnya roboh atau longsor yang dikenal sebagai awan panas guguran,” kata Oktory.
Baca Juga: Gunung Semeru Masih Semburkan Awan Panas dan 29 Kali Letusan
Oktory mengatakan awan panas pada Senin kemarin terpantau terjadi sekali pada periode pukul 00.00 hingga 06.00 WIB yang jangkauannya satu kilometer. Setelah itu awan panas terekam pada pukul 12.00 WIB, mencapai jarak tujuh kilometer. Sebagai pembanding awan panas guguran pada Minggu mencapai 13 kilometer.
"Artinya material yang terakumulasi selama ini dilongsorkan kemarin, dan sebagian besar sudah dilongsorkan dalam bentuk awan panas. Tinggal beberapa jumlah lagi yang belum turun,” tutur Oktory.
Adapun erupsi Senin kemarin dicatat sudah 28 kali berupa erupsi kecil dengan ketinggian abu vulkanik 700 meter. Oktory berharap masyarakat benar-benar mematuhi rekomendasi Badan Geologi untuk mengantisipasi ancaman bahaya letusan Gunung Semeru.
“Kami minta simpel saja, patuhi peta KRB (Kajian Risiko Bencana) ini ketika aktivitasnya (Semeru) masih tinggi. Artinya tidak beraktivitas di zona merah,” kata dia merujuk, antara lain, radius delapan kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan 17 kilometer sepanjang Besuk Kobokan dari puncak di sektor tenggara.
Oktory juga mengatakan kalau semua peralatan yang dipasang untuk pengamatan aktivitas Gunung Semeru hingga kini masih aktif. Kecuali satu CCTV yang memang berada di jalur lintasan awan panas guguran. “Kami memasang empat CCTV sebelum kejadian, itu tiga bulan lalu,” kata dia.
Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan mengatakan aktivitas Gunung Semeru cenderung mereda sejak Minggu pukul 13.30 WIB. Awan panas kemarin disebutnya kecil saja, dan "lahar dingin tidak terlalu besar selama lebih kurang dua jam."
Reporter: Ibnu/Magang