SUKABUMIUPDATE.com - Petani di Kampung Datarnangka dan Citamiang, Desa Tegalbuleud, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, merasa resah dengan banjir rob yang masuk ke muara Sungai Ciparanje lalu meluap hingga merendam sawah mereka.
Petani setempat, Dayat (50 tahun), mengatakan sepengetahuannya, sudah tiga kali air laut pasang dan masuk sampai ke muara Sungai Ciparanje kemudian merendam puluhan hektare persawahan petani di Desa Tegalbuleud, khususnya di Kampung Datarnangka dan Citamiang.
"Kalau terus kondisinya seperti itu, padi akan mati serta gagal panen dan gagal tanam," kata Dayat kepada sukabumiupdate.com, Jumat (11/11/2022).
Dayat mengatakan beberapa waktu lalu para petani yang memiliki garapan sawah di sekitar muara sungai, berupaya menahan banjir rob dengan membuat tanggul dari karung yang diisi pasir. Namun, usaha ini tidak cukup kuat untuk menahan air laut masuk ke area persawahan.
"Sawah yang terdampak berada di Kampung Datarnangka dan Kampung Citamiang. Ada puluhan hektare," ujar dia.
Sekretaris Desa Tegalbuleud, Romansyah, mengatakan banjir rob yang mengancam gagal tanam dan panen persawahan petani di Blok Balekambang Kampung Datarnangka dan Citamiang, diduga disebabkan kejadian alam berupa perubahan muara Sungai Ciparanje.
Romansyah menyebut semula Sungai Ciparanje bermuara ke Sungai Cibuni lalu ke laut. Tetapi kini Sungai Ciparanje langsung bermuara ke laut. Akibatnya, saat air laut pasang besar yang biasanya terjadi pertengahan dan akhir bulan, langsung masuk ke Sungai Ciparanje dan merendam persawahan di sepanjang aliran sungai.
"Kami pemerintah Desa Tegalbuleud sudah melapor ke Camat Tegalbuleud. Sebagai tindak lanjunya, Camat Tegalbuleud telah melaporkan kepada Bupati Sukabumi c/q Kepala BPBD Kabupaten Sukabumi," kata dia.
Sambil menunggu bantuan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, pemerintah desa, BPD, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan warga, melakukan upaya membendung muara Sungai Ciparanje menggunakan karung berisi pasir yang sampai saat ini masih dalam proses.
Romansyah mengatakan data sementara menyatakan ada sekitar 50 hektare sawah yang terdampak. Jika kondisi ini terus dibiarkan, kata dia, bukan tak mungkin dampak akan meluas hingga 250 hektare sawah di sepanjang aliran Sungai Ciparanje.
"Perubahan muara Sungai Ciparanje dan muara Sungai Cibuni terjadi setelah banjir besar Sungai Cibuni pada 30 November 2022," ujarnya.
"Sebenarnya pasang laut dari dulu sudah biasa terjadi dan berdampak terhadap tanaman padi. Tetapi sekarang setelah berubahnya muara Sungai Ciparanje, dampaknya luar biasa. Tanaman padi yang terkena dampak secara otomatis akan mati. Akibatnya petani harus menanam dua sampai tiga kali," kata Romansyah.
#SHOWRELATEBERITA