SUKABUMIUPDATE.com - Jembatan gantung yang menghubungkan dua desa di Kecamatan Ciemas dan Waluran, Kabupaten Sukabumi, kondisinya sudah mengkhawatirkan. Dibangun 11 tahun lalu, jembatan sepanjang 50 meter dan lebar 1,5 meter tersebut menjadi akses petani dan masyarakat.
Jembatan gantung bernama Leuwi Langir ini membentang di atas aliran Sungai Ciletuh. Jembatan tersebut menghubungkan Kampung Cijambe, Desa Temanjaya, Kecamatan Ciemas dan Kampung Cihideung, Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran. Alas jembatan Leuwi Langir saat ini sudah lapuk.
Salah satu petani asal Kampung Cijambe, Yusup (40 tahun), mengatakan jembatan itu dibangun pada 2011 dengan bahan material besi, kawat sling, dan alas atau dampar kayu. Namun karena lapuk, kata Yusup, alas jembatan gantung Leuwi Langir sudah dua kali diganti yakni pada 2014 dan 2021.
"Pertama kali diperbaiki gotong royong mengganti damparnya dengan kayu. Lalu kedua kalinya dengan bambu. Saat ini sudah lapuk dan bergoyong. Besi bawahnya sudah ada yang lepas," kata dia kepada sukabumiupdate.com, Kamis (10/11/2022).
Yusup mengatakan akses jembatan tersebut sangat penting lantaran ada warga Kampung Cijambe yang memiliki lahan sawah beberapa hektare di Kampung Cihideung. Begitu juga sebaliknya. Ini belum termasuk tanah daratan yang dijadikan kebun oleh masyarakat setempat.
Sambas Rahmat (42 tahun), warga Cijambe ini mengatakan banyak pedagang keliling dan pelajar yang menggunakan jembatan gantung Leuwi Langir untuk beraktivitas, terutama jika cuaca cerah. Sebab apabila hujan, jembatan menjadi licin sehingga jarang dilintasi warga akibat berbahaya, ditambah bergoyang.
"Pernah ada warga yang terperosok motornya karena damparan bambu lapuk," kata Sambas. "Jembatan ini digunakan sebagai akses alternatif untuk anak tingkat SMP dan SMA memotong jalan," imbuh dia.
Sambas menyebut banyak besi di bawah damparan bambu jembatan yang saat ini sudah putus sehingga perlu diperbaiki.
#SHOWRELATEBERITA