SUKABUMIUPDATE.com - Calon Wakil Bupati Sukabumi nomor urut 2, Andreas, angkat bicara terkait beredarnya foto Kartu Tanda Penduduk (KTP) lamanya yang mencantumkan agama Konghucu.
Andreas yang kini diketahui seorang muslim dan telah menunaikan ibadah haji itu menjelaskan, bahwa perubahan keyakinan adalah bagian dari perjalanan spiritual yang dia jalani dengan penuh kehati-hatian.
"Hidayah itu tidak bisa diukur dengan apapun, itu hanya Allah yang mengetahui tentang perjalanan spiritual seseorang," ujar Andreas saat dihubungi oleh sukabumiupdate.com, Selasa (12/11/2024).
Lebih lanjut Politisi PKB itu mengatakan, Islam adalah agama yang penuh keindahan dan kedamaian, yang merangkul seluruh semua makhluk. Oleh karena itu, ia mengajak sesama muslim untuk menunjukkan bahwa Islam memang seperti itu.
“Jangan sampai Islam tercoreng oleh tindakan kita sendiri sebagai umatnya," tuturnya.
Baca Juga: Pilkada Sukabumi: Poskab Sapu Jagat Akan Kawal TPS untuk Asep Japar-Andreas
Menurut Andreas, perjalanannya menjadi seorang muslim adalah pengalaman spiritual yang mendalam dan bahwa agama adalah hubungan pribadi dengan Tuhan.
"Perjalanan spiritual itu saya jalani dengan hati-hati. Ini urusan antara saya dengan Tuhan," jelasnya.
Andreas menegaskan, bahwa keimanan adalah urusan pribadi dengan Allah, bukan sekadar pengakuan di KTP.
"Kalau hanya soal pengakuan di KTP, itu hanyalah formalitas. Urusan keimanan jauh lebih mendalam dan tidak bisa diukur dari KTP. Jika ada yang menggunakan isu ini untuk kepentingan politik, saya rasa itu kurang elok," paparnya.
Ia juga mengingatkan bahwa demokrasi mengajarkan untuk tidak menyinggung suku, ras, maupun agama. "Masyarakat Sukabumi ini beragam, tidak hanya muslim. Kita juga punya saudara yang beragama lain. Semua harus dihormati dan dihargai," ucapnya.
Menurutnya, Sukabumi memiliki berbagai macam suku dan budaya yang harus dipandang sebagai kekayaan daerah, bukan perbedaan yang memecah belah. "Jika isu ini berkembang ke tingkat nasional, bisa muncul persepsi yang salah tentang masyarakat Sukabumi, seolah-olah rasis," kata Andreas.
Andreas memberikan contoh tentang pentingnya menjaga persatuan bagi iklim investasi di Sukabumi. "Tidak semua investor beragama Islam. Bagaimana jika mereka tersinggung dengan isu ini? Kita harus membuka pintu bagi semua kalangan, tidak boleh diskriminatif," tuturnya.
Ia kemudian mengajak masyarakat Sukabumi untuk belajar berdemokrasi dengan menghormati keyakinan masing-masing. Andreas berharap isu agama ini tidak dibesar-besarkan, karena khawatir akan menimbulkan perpecahan.
"Saya santai saja menanggapi ini. Jangan sampai ada pihak yang tersinggung atau malah menimbulkan perpecahan. Kita tidak ingin ada amarah atau konflik di antara kita," ujarnya.
Andreas menekankan pentingnya persatuan masyarakat Sukabumi dalam menghadapi pemilihan kepala daerah, terlepas dari perbedaan yang ada. Andreas percaya bahwa kontestasi politik tersebut seharusnya didasarkan pada visi dan misi, bukan perbedaan latar belakang.
"Yang kita lihat adalah visi dan misinya, bagaimana membentuk Kabupaten Sukabumi yang berkah dan mubarakah, serta menjawab kebutuhan masyarakat," tuturnya.
Dirinya juga mengingatkan masyarakat untuk memilih dengan cerdas. "Manusia tidak ada yang sempurna, semua pasti punya catatan. Namun, di balik ketidaksempurnaan itu, kita masih punya Allah SWT. Jadi, mari kita tunjukkan niat baik kita," ujarnya.
Menurut Andreas, dirinya dan pasangannya, Asep Japar, memiliki niat tulus untuk kesejahteraan masyarakat Sukabumi. "Kami fokus pada kesejahteraan masyarakat, bukan hal-hal lain. Kami membawa niat baik, itikad baik, dan semoga hasilnya pun akan baik," tandasnya.