Pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tinggal menyisakan beberapa bulan lagi. Tahapan pelaksanaan sedang berjalan, sekarang memasuki tahapan pendaftaran pasangan calon. Dua pasangan calon telah mendaftarkan diri ke KPU Kabupaten Sukabumi yaitu Pasangan Asep Japar-Andreas dan Iyos Somantri-Zainul.
Perkembangan politik di Kabupaten Sukabumi menjadi pusat perhatian, dikarenakan kemungkinan head to head dua pasang calon yang akan berkompetisi di Pilkada tahun ini.
Didasarkan pada peta kekuatan koalisi partai yang mengusung dua pasangan calon tersebut. Pasangan Asep Japar-Andreas yang diusung oleh 5 partai yaitu Golkar, PKB, PPP, PAN, dan Gelora. Sedangkan pasangan Iyos Somantri-Zainul di usung oleh koalisi gemuk 13 partai yaitu PKS, Gerindra, Demokrat, PDIP, Nasdem, PSI, PBB, Hanura, Perindo, Buruh, Ummat, Garuda, PKN.
Fenomena menarik muncul ketika koalisi partai pendukung pasangan calon masing-masing memiliki jumlah kursi yang sama di DPRD yaitu 25 kursi. Melihat kekuatan perolehan suara pileg 2024 Pasangan Iyos Somantri-Zainul dengan didukung 13 partai sebesar 756.923 sedangkan pasangan Asep Japar-Andreas dengan dukungan 5 partai sebesar 630.594 suara.
Jika melihat dari peta partai koalisi dengan perolehan suara pileg 2024 maka kekuatan suara paling banyak berada di koalisi parpol pasangan Iyos Somantri-Zainul. Memang kekuatan koalisi parpol yang mendukung pasangan calon menjadi salah satu penentu kemenangan dalam Pilkada nanti. Namun, suara terbesar dalam koalisi belum sepenuhnya menjamin kemenangan pasangan yang di usung.
Baca Juga: Daftar Ke KPU Sukabumi Diusung Koalisi Gemuk, Iyos-Zainul Hadirkan Gagasan Dan Fairplay
Baca Juga: Berkas Asep Japar-Andreas Dinyatakan Lengkap, KPU Sukabumi Jadwalkan Tes Kesehatan
Penting untuk dicatat bahwa pemilih atau pendukung partai tertentu belum tentu akan memilih Cabup dan Cawabup yang diusung oleh partai mereka. Oleh karena itu, kekuatan koalisi partai belum tentu dapat diterjemahkan menjadi seberapa besar perolehaan suara dari pendukung partai.
Memang dengan dukungan 25 Kursi DPRD memberi kedua pasangan calon kekuatan politik yang signifikan. Namun, kekuatan partai tidak selalu sejalan dengan dukungan publik. Kemampuan memobilisasi pemilih, koalisi yang solid, serta strategi kampanye akan sangat mempengaruhi hasil.
Hal ini relevan dengan hasil data survei tracking Skala Institut ketika melakukan analisis memilih pasangan calon dengan usungan partai ternyata hanya 6,9%, artinya pemilih partai pada pileg 2024 tidak berbanding lurus dengan pemilihan pasangan calon yang diusung oleh partai tersebut.
Ditambah hasil survei skala institute ketika mensimulasikan dua pasangan calon (Asep Japar-Andreas VS Iyos Somantri-Zainul) masih berada dalam selisih margin eror 3,4% artinya setiap calon memiliki peluang yang sama untuk memenangkan Pilkada.
Oleh karena itu, kekuatan koalisi parpol tidak dapat dijadikan jaminan kemenangan mutlak. Faktor-faktor lain seperti strategi kampanye, personal branding calon, isu-isu yang diangkat, dan faktor eksternal seperti kondisi sosial dan politik nasional dapat mempengaruhi hasil Pilkada.
Diakhir kata, penulis ingin menyampaikan segala kemungkinan masih terbuka lebar, siapapun memiliki potensi memenangkan kompetisi dan hasil akhir Pilkada Kabupaten Sukabumi akan sangat ditentukan oleh dinamika politik, perubahan opini publik, mesin politik, cost politik, dan strategi kampanye yang tepat sasaran..
Penulis : Wahyu Ginanjar, Direktur Skala Institut, Pengamat dan Peneliti Politik Sukabumi