SUKABUMIUPDATE.com - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Rijal Amirullah mengatakan berdasar pengamatannya saat ini belum ada kandidat dominan dalam pertarungan Pilkada Kabupaten Sukabumi.
Hal itu disampaikan Amir menanggapi terkait munculnya dua kandidat yaitu Asep Japar dan Iyos Somantri yang dinilainya memiliki tingkat persaingan yang seimbang atau relatif sama baik dalam hal popularitas, dukungan, elektabilitas, latar belakang (pengalaman) atau potensi untuk memenangkan Pilkada.
"Jika melihat survei terbaru, belum ada kandidat yang persentasinya benar-benar tinggi. Ini mungkin menggambarkan situasi politik yang dinamis di Sukabumi di mana beberapa kandidat memiliki peluang yang serupa untuk meraih kemenangan," kata Amir yang juga menjabat ketua program studi ilmu administrasi publik UMMI dalam keterangan tertulisnya kepada sukabumiupdate.com, Senin (10/6/2024).
Kandidat doktor administrasi publik di Universitas Diponegoro (Undip) itu menjelaskan, dalam situasi seperti ini, maka hasil akhirnya mungkin ditentukan oleh faktor-faktor seperti strategi kampanye, dukungan politik, atau preferensi pemilih pada hari pemilihan nanti.
Baca Juga: Iyos dan Asjap Kalahkan Desy Ratnasari, Simulasi Poltracking untuk Calon Bupati Sukabumi
Kendati demikian, kata Amir, dari dua kandidat yang muncul memiliki keunggulan masing-masing yang sama besar untuk bisa terus meningkatkan elektabilitasnya.
"Keunggulan yang dimiliki Asep Japar diantaranya karena didukung partai Golkar yang merupakan partainya Bupati Sukabumi saat ini, sekaligus Golkar merupakan pemenang pemilu DPD Kabupaten Sukabumi," kata dia.
"Sementara keunggulan yang dimiliki Iyos Somantri adalah posisinya sebagai petahana yaitu sebagai Wakil Bupati Sukabumi," sambungnya.
Selain keunggulan masing-masing, kata Amir, dalam situasi seimbang, faktor pasangan wakil bupati akan sangat menentukan. "Soal wakil ini dibeberapa perhelatan Pilkada sangat menentukan," ucapnya.
Tapi, kata Amir, dalam situasi tertentu, tidak menutup kemungkinan ada spekulasi politik jika terjadi stagnasi elektoral dengan cara mengambil keuntungan jangka pendek yaitu dengan memunculkan nama baru diluar yang beredar saat ini, karena, sambung Amir, kita pun tidak tahu kebijakan partai di level pusat.
"Karena kan rekomendasi yang jadi persyaratan pencalonan adalah rekomendasi pusat. Bukan kebijakan partai di level daerah. Bisa jadi kita tidak tahu, ada kebijakan pusat dua Cakada (Iyos-Asjap) tersebut berkoalisi, atau bahkan mengusung calon yang baru sama sekali," pungkasnya.