SUKABUMIUPDATE.com - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Cucun Ahmad Sjamsurijal mengatakan partainya terbuka untuk melakukan komunikasi politik dengan semua pihak setelah Pemilu 2024.
Mengutip tempo.co, hal itu disampaikan Cucun saat ditanya soal isu adanya komunikasi politik antara PKB dan kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Gibran.
"Kalau misalkan upaya-upaya semacam untuk melakukan komunikasi politik itu para elite politik, ya sah-sah saja dilakukan," kata Cucun di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, pada Minggu, 18 Februari 2024.
Namun, Cucun mengatakan sampai saat ini belum ada komunikasi politik antara PKB dan kubu Prabowo-Gibran. "Belum ada sampai sekarang," ujarnya.
Lebih lanjut, Direktur Pileg DPP PKB itu mengatakan pihaknya juga menghargai upaya komunikasi politik dan menyebut hal tersebut adalah upaya dari para elite politik untuk membangun bangsa.
"Ya kita apresiasi itu sebagai suatu wujud bagaimana membangun negara ini seperti dilakukan oleh elite-elite politik," tuturnya.
Baca Juga: 57% TPS untuk 50 Kursi: Golkar Ancam Geser Gerindra di DPRD Kabupaten Sukabumi
Koalisi atau Oposisi?
Ketua Fraksi PKB di DPR itu mengatakan partainya belum menentukan sikap soal akan bergabung dengan koalisi pemerintah atau menjadi oposisi usai Pemilu 2024.
"Sampai sekarang DPP PKB belum berpikir bagaimana langkah-langkah terkait koalisi atau apapun," katanya.
Cucun mengatakan PKB masih fokus mengawal jalannya proses rekapitulasi suara partai secara nasional dan regional.
"Pemilu belum berakhir sampai sekarang rekapitulasi Pilpres masih berjalan. Jadi tidak ada pembicaraan atau bicara dengan parpol koalisi kami untuk bicara terkait loncat atau misal mengambil sikap, sampai sekarang belum ada pembicaraan terkait itu," ujarnya.
Cucun menyampaikan pembicaraan soal sikap partai akan terlebih dulu dibahas dalam rapat internal partai dan juga dirapatkan dengan tim Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin). Meski demikian, dia mengatakan hingga saat ini belum ada pembicaraan ke arah sana.
"Kita lihat dulu hasil pemilu ini, kalau terkait rekam jejak bagaimana selama ini ada di pemerintahan, itu akan ditentukan bukan oleh sendiri sendiri tapi melalui rapat yang resmi struktur di PKB termasuk di Timnas Amin," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti mengatakan pasangan calon wakil presiden pendamping Anies, yaitu Muhaimin Iskandar atau Cak Imin berpeluang merapat ke kubu Prabowo-Gibran jika sudah ditetapkan menang Pilpres 2024.
Ray menyatakan Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB, kemungkinan akan memilih untuk mengutamakan kondisi partainya dan tidak menjadi oposisi.
“Cak Imin dan PKB punya potensi untuk bergabung serta (dengan pemerintahan Prabowo). Kalau Imin karena ketua parpol. Ikut berkuasa akan bisa menjaga stabilitas parpol,” ucap Ray melalui pesan singkat pada Minggu.
Apalagi, kata dia, PKB memiliki daya tawar yang kuat karena punya komposisi suara cukup besar di Pemilu 2024 yaitu urutan keempat di legislatif.
Meski begitu, Ray menyatakan partai-partai pendukung Prabowo-Gibran belum tentu berkenan memasukkan partai baru ke dalam koalisi. Pasalnya, kata dia, partai baru dalam koalisi akan mengurangi jatah kursi di kabinet.
“Hanya saja, ada persoalannya. Apakah partai-partai pendukung Prabowo-Gibran berkenan memasukkan parpol baru ke dalam koalisi? Saya kira belum tentu,” kata Ray.
Terkait Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, Ray mengatakan, kemungkinan tidak akan bergabung ke kabinet pemerintahan Prabowo.
Menurut Ray, dua calon presiden pesaing Prabowo itu bakal ogah menerima ajakan masuk ke dalam pemerintahan lawannya di Pilpres.
“Anies dan Ganjar, saya kira akan menolak untuk bergabung (ke kabinet Prabowo),” kata Ray.
Adapun alasannya, kata Ray, Anies dan Ganjar menolak adalah kesantunan politik. Selain itu, kata dia, ada juga faktor dukungan politik di belakang keduanya yang jadi pertimbangan.
Ray menyatakan faktor PDIP yang bersiap jadi oposisi akan mencegah Ganjar bergabung ke pemerintahan Prabowo. Sementara itu, Anies yang tidak memiliki partai bisa jadi tak menarik untuk diajak bergabung.
“Ganjar, kesantunan politik dan partai yang nampaknya akan ambil posisi oposisi. Anies, kesantunan politik. Tapi juga tidak punya partai, jadi tidak menarik untuk dilibatkan,” ucap Ray.
Sumber: Tempo.co