SUKABUMIUPDATE.com - Stres Pasca Pemilu adalah salah satu kondisi stres yang dialami seseorang di masa Pemilihan Umum (Pemilu). Stres Pasca Pemilu disebut juga dengan Election Stress Disorder atau ESD.
Istilah ESD atau Stres Pasca Pemilu pertama kali dikenal pada tahun 2016 oleh Psikolog Steven Stosny saat masa Kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat.
Saat ini Election Stress Disorder disebut-sebut relevan dengan kondisi Indonesia. Sebab 2024 menjadi tahun politik dengan warna warni Pemilu, termasuk Debat Capres dan Cawapres yang tak pernah sepi dari pemberitaan media.
Baca Juga: 5 Hasil Survei Elektabilitas Capres dan Cawapres 2024
Menyoal Election Stress Disorder di tahun politik 2024, Apakah Stres Pasca Pemilu Nyata? Simak penjelasannya berikut ini!
Awal Mula Munculnya Election Stress Disorder
Setiap tahun, American Psychological Association atau APA melakukan survei bertajuk “Stress in America” untuk mengukur sikap umum dan persepsi terhadap stres di kalangan masyarakat.
Pada tahun 2020-an, semakin banyak orang Amerika yang melaporkan peningkatan tingkat stres mengenai iklim politik negaranya setelah pemilu. Survei tersebut melaporkan peningkatan tingkat stres di semua partai politik dan peningkatan insiden gejala kesehatan fisik dan mental, termasuk kecemasan, depresi, sakit kepala, dan kewalahan.
Baca Juga: 31 Produk Kecantikan Pro Israel dan Rekomendasi Penggantinya
Berangkat dari hal itu beberapa orang Amerika menyebut jenis stres partai politik ini sebagai "Gangguan Stres Pasca Pemilu" atau dalam bahasa inggris disebut Election Stress Disorder (ESD).
Istilah ESD mulai populer setelah Pemilu Presiden AS tahun 2016. Stres Pasca Pemilu bahkan terus diperbincangkan sepanjang pemilu presiden AS tahun 2020.
Namun, istilah Election Stress Disorder mungkin tidak sensitif bagi orang yang hidup dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD), yaitu penyakit mental nyata yang menyebabkan penurunan tingkat fungsi secara signifikan karena peristiwa traumatis.
Baca Juga: Profil Abu Ubaidah, Jubir Hamas yang Viral di Media Sosial
Memahami Stres Pasca Pemilu melibatkan pemahaman bahwa, jenis Election Stress Disorder ini tidak selalu merupakan penyakit mental. Akan tetapi, Stres Pasca Pemilu dapat diatasi dengan adanya pendukung atau support system.
Kembali pada pertanyaan yang disematkan dalam judul, Apakah Stres Pasca Pemilu Nyata? Maka menurut survei Stres APA, jawabannya adalah ya Election Stress Disorder itu nyata.
Pengertian Election Stress Disorder
Pertanyaan Apa Itu Stres Pasca Pemilu berkaitan erat dengan pengertian Election Stress Disorder sendiri.
Baca Juga: Absen Baraya Sukabumi Story Viral di TikTok, Palabuhanratu hingga Goalpara!
Election Stress Disorder atau Stres Pasca Pemilu melibatkan kecemasan yang ditandai dengan perasaan putus asa atau ketakutan setelah berakhirnya pemilu politik yang kritis.
Stres Pasca Pemilu bukan merupakan penyakit mental yang didefinisikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5-TR). Namun, Election Stress Disorder merupakan respons yang lazim terhadap fenomena Pemilu.
Hasil Survei Stres APA 2020 menyebutkan, 68% orang dewasa di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka merasa pemilihan presiden menyebabkan stres yang signifikan dalam hidup mereka, apa pun afiliasi politiknya.
Baca Juga: Kenapa Hujan Membuat Ingin Makan dan Lapar Terus? Ini 8 Alasannya!
Stres Pasca Pemilu sering kali terjadi setelah pemilu presiden, namun bisa juga terjadi pada pemilu lainnya yang mana seseorang merasa terikat secara emosional.
Orang-orang yang sedikit atau tidak tertarik pada politik mungkin tidak mengalami stres seperti ini. Sebaliknya, Election Stress Disorder mungkin disebabkan oleh perubahan iklim politik yang ditandai dengan sudut pandang yang terpolarisasi dan seringnya individu terikat pada keyakinan politik.
Beberapa orang mungkin menganggap remeh hasil pemilu. Sementara yang lain mungkin merasa stres mengenai dampak hasil pemilu.
Situasi seseorang mengalami Stres Pasca Pemilu ini berkaitan dengan bagaimana perubahan undang-undang di suatu negara.
Sumber: betterhelp.com | Mayoclinic