SUKABUMIUPDATE.com - Fikri Abdul Ajiz menyusuri kawasan pesisir selatan Sukabumi Jawa Barat untuk menyerap aspirasi warga, khususnya petani, pedagang dan nelayan skala kecil. Perjalanan ini sekaligus mengembalikan memori masa kecil pria kelahiran Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, dimana ia sempat menjadi pedagang asongan demi membantu perekonomian keluarga.
Politisi Partai NasDem yang maju Pileg 2024 dari daerah pemilihan Sukabumi ini terus melakukan safari politik. Terbaru, advokat muda ini menyusuri pesisir selatan Kabupaten Sukabumi, khususnya wilayah Palabuhanratu dan sekitarnya.
Palabuhanratu cukup spesial bagi Fikri, karena ini adalah tanah kelahirannya. Rabu, 13 September 2023 ia mengumpulkan tetangga dan rekan seperjuangannya sewaktu kecil dan remaja. Sejak kecil Fikri pekerja keras, sepeninggal ayah ia menyisihkan waktu menjadi pedagang asongan di kawasan terminal Palabuhanratu dan sekitarnya.
Disini Fikri kecil belajar banyak tentang kehidupan dan pentingnya membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Lulus SMA di Palabuhanratu, Fikri melanjutkan Studi ke Universitas Diponegoro, hingga berhasil meraih gelar sarjana hukum.
Baca Juga: Pilpres 2024: Fikri Apresiasi Sanjungan Yenny Wahid untuk Anies dan AHY
Dari sana Fikri meluaskan karier. Tak hanya di bidang hukum, kekinian Fikri Abdul Ajiz juga dikenal sebagai pengusaha yang cukup aktif, mendorong generasi muda untuk mandiri.
“Napak tilas ketempat kelahiran saya di kidang kencana Palabuharatu. Warga palabuhanratu pasti tau yang saat ini menjadi Indomaret kidang kencana. Di sanalah dulu saya dilahirkan. Momen yang sangat mengharukan terjadi saat saya bertemu dengan rekan seperjuangan dulu ketika saya dagang ngasong di terminal Palabuharatu,” tulis Fikri di akun medsosnya.
“Saya tidak pernah menyangka perjalanan hidup saya sampai sejauh ini. Anak kecil yang ditinggal oleh ayah bisa bertahan dan terus berjuang meraih cita-cita. Berkat doa ibu dan dukungan keluarga. Alhamdulillah saya berada di titik ini,” sambung Fikri.
Saat bertemu dan meminta restu dan dukungan serta doa dari tetangga dan rekan seperjuangannya, Fikri kembali menegaskan kepada generasi muda untuk tidak mudah menyerah dan berkecil hati.
“Karena masa depan ditentukan oleh seberapa besar usaha dan doa yang kita panjatkan," bebernya.
Di tanah kelahirannya, ini warga meminta Fikri memperjuangan tanah yang sudah ditinggali dan digarap selama beberapa generasi oleh masyarakat yang masih berstatus HGU (Hak Guna Usaha) lahan pemerintah. Ini menjadi perhatian karena warga khawatir lahan mereka sewaktu-waktu bisa diambil alih oleh pemerintah.
Menanggapi ini, Fikri menegaskan secara aturan perusahaan baik PTPN atau swasta yang memegang HGU atau HGB secara berkala melepas hak lahan untuk warga, saat proses perpanjangan HGU dan HGB. “Ini diatur oleh undang-undang agraria. Tinggal bagaimana warga dan wakil rakyat nantinya bisa benar-benar memperjuangkan ini secara maksimal. Hingga tanah-tanah yang sudah digarap atau ditempati oleh warga secara turun-temurun, mendapatkan pelepasan dan sertifikasi dari pemerintah,” jelas Fikri.
Usai dari Kidang Kencana Palabuhanratu, caleg DPR RI dari Partai NasDem ini melanjutkan safari politiknya ke kantong-kantong nelayan. Fikri menemui nelayan dan keluarganya di Cikakak dan Cisolok.
Baca Juga: Fikri Abdul Ajiz: Perlu Kebijakan yang Mendukung Madrasah di Indonesia
Dalam pertemuan tersebut nelayan mengeluhkan aturan tentang benur atau baby lobster yang sudah banyak membuat rekan-rekan mereka mendekam di penjara. Juga tentang bantuan keuangan untuk sektor nelayan yang sulit diakses.
“Saya pernah mengadvokasi nelayan benur di pantai utara jawa. Ini jadi masalah yang harus dicari titik temu. Nelayan menganggap benur ada mata pencarian pendukung saat hasil tangkapan ikan dan biota laut lainnya minim akibat musim dan cuaca,” jelas Fikri.
Pemerintah yang melarang penjualan benur dengan aturannya membuat nelayan nelangsa, lanjut Fikri. Ia berharap bisa memperjuangkan perubahan aturan yang lebih berpihak ke nelayan saat dipercaya dan ditugaskan oleh rakyat Sukabumi di DPR RI.
“Semoga harapan, dukungan dan doa dari para nelayan di Sukabumi bisa terwujud. Perlu wakil rakyat yang konsen untuk membahas masalah ini di DPR RI, yang punya kewenangan sebagai penyusun dan pembuat undang-undang,” bebernya.
Selain itu, Fikri juga membahas masalah bantuan keuangan untuk pelaku usaha kecil yang selama ini sulit diakses, terutama produk perbankan. “Faktanya, kredit usaha rakyat atau apapun namanya, yang menjadi produk perbankan masih sulit dijangkau oleh pelaku usaha kecil, khususnya di Sukabumi. Ini harus diperjuangkan dengan fokus dan konsisten,” tegasnya.