SUKABUMIUPDATE.com - Pemilih Muda masih belum menentukan pasangan calon presiden dan wakil presiden serta calon anggota legislatif pada Pemilu 2024. Angka responden yang belum menentukan pilihan masih cukup besar yaitu 41.82 persen, sedangkan responden yang menyatakan tidak akan menggunakan hak pilihnya sebesar 6.67 persen. Data tersebut terungkap dari penelitian The Indonesian Institute (TII)
Manajer Riset dan Program TII Arfianto Purbolaksono menjelaskan anak muda cenderung membutuhkan informasi peserta pemilu, baik visi misi, program partai, rekam jejak, serta visi-misi calon presiden dan calon anggota legislatif.
"Dari 165 responden angket ini, sebanyak 41.82 persen responden membutuhkan informasi terkait rekam jejak, visi, misi, serta program yang ditawarkan oleh calon presiden dan wakil presiden," kata Arfianto dalam agenda diskusi 'Persepsi Anak Muda Jelang Pemilu Serentak Tahun 2024' seperti dikutip suara.com pada Selasa (20/6/2023).
Selanjutnya, 18,18 persen dari responden mengaku membutuhkan informasi terkait partai politik peserta pemilu, visi, misi, dan program yang ditawarkan.
"Kemudian, 17.58 persen membutuhkan informasi terkait rekam jejak calon anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota," lanjut Arfianto.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan calon presiden yang paling banyak dipilih anak muda adalah Prabowo Subianto dengan 24,2 persen. Sebab, sosok Prabowo dinilai memiliki ketegasan dan wibawa. Selain itu, faktor Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ikut mendorong nama Prabowo juga menjadi salah satu alasan responden memilih Prabowo.
"Di urutan kedua ada nama Ganjar Pranowo yang dipilih sebesar 16,97 persen. Alasan responden memilih Ganjar karena memiliki gaya komunikasi yang merakyat seperti Jokowi. Kemudian di peringkat ketiga yaitu Anies Baswedan yang dipilih 10.30 persen responden. Responden memilih Anies karena dinilai sebagai sosok yang cerdas dengan latar belakang akademisi," tutur Arfianto.
Perlu diketahui, temuan tersebut didapat TII melalui jajak pendapat terhadap 165 responden anak muda dengan rentang usia 17 hingga 30 tahun atau yang telah menikah. Survei dilakukan pada 8 sampai 31 Mei 2023 dengan menggunakan metode snowballing.
Selain Arfianto, dalam diskusi tersebut juga menghadirkan Inisiator Warga Muda Wildanshah sebagai penanggap. Menanggapi temuan TII, Wildanshah memprediksi para capres akan berupaya menarik simpati anak muda dengan cara menyesuaikan diri dengan pasar anak muda.
Cara tersebut bukan dengan memberikan tawaran-tawaran yang programatik. Ia mengungkapkan kemungkinan strategi kampanye yang mungkin dilakukan, yakni semisal strategi dengan mengikuti kebiasaan anak-anak muda seperti ikut nonton konser, berkuliner, ke tempat wisata.
"Selanjutnya kedua, ada strategi yang mengambil simpati anak muda dari hobi entertainmentnya anak muda. Ketiga, menggunakan komedi politik. Kebanyakan anak muda tidak memilih berdasarkan ideologi, tapi hal-hal yang ringan di kehidupan. Hal ini yang membuat komedi politik menjadi penting untuk menggaet pemilih muda. Keempat, strategi menggaet pemilih muda dari segi fashion. Hal tersebut dirasa akan lebih mendekatkan diri kepada pemilih karena berpakaian dengan style yang sama. Kemudian kelima, ada juga istilah berdasarkan ikon. Karena para pemilih muda cenderung akan memilih yang ikonik dan unik,” papar Wildan.
Berdasarkan kedua paparan tersebut masih banyak anak muda yang belum menentukan pilihan, maka hal ini menjadi peluang bagi para Calon Presiden maupun Partai Politik untuk lebih gencar mensosialisasikan diri.
Ia mengemukakan, hampir sebagian besar anak muda membutuhkan informasi seputar peserta yang nanti akan berkontestasi dalam Pemilu 2024.
Sehingga, informasi ini dibutuhkan mereka untuk menjadi dasar keputusan mereka untuk memilih pada hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024 mendatang. Karena itu, partai politik dan kandidat harus memiliki strategi komunikasi yang tepat untuk pendekatan kepada anak muda sehingga dapat menggaet suara pemilih anak muda pada Pemilu 2024 nanti.