SUKABUMIUPDATE.com - Penularan kasus baru Covid-19 yang masih terjadi di Indonesia telah seluruhnya berasal dari SARS-CoV-2 varian Delta. Memiliki bilangan reproduksi dasar 5-8, varian virus itu membuat vaksin yang digunakan saat ini harus diperluas cakupannya hingga lebih dari 100 persen populasi penduduk. Ini artinya, herd immunity tidak akan pernah tercapai.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Windhu Purnomo, mengungkap kalkulasi itu saat dihubungi, Jumat 19 November 2021, dikutip dari Tempo. "Sekarang kita sudah telanjur kemasukan virus delta. Dari data whole genome sequence, sudah sejak awal Oktober atau akhir September lalu, sampel yang ada sudah seratus persen Delta," kata dia.
Bilangan reproduksi dasar virus adalah istilah dalam epidemiologi untuk menggambarkan daya tular virus. Angka 5-8 berarti virus Covid-19 varian Delta mampu menyebar dari satu orang yang sudah terinfeksi ke 5-8 orang lainnya.
Bandingkan dengan daya tular virus Covid-19 yang pertama menyebar di Wuhan, Cina, yang sebesar 2,4-2,6. Atau, virus yang menciptakan gelombang pertama Covid-19 di Eropa pada tahun lalu yang memiliki daya tular 3, serta varian Alpha yang menyebar dari Inggris yang sebesar 4-5.
Dalam kalkulasinya, Windhu menggunakan nilai efikasi vaksin rata-rata 75 persen untuk mewakili sejumlah Vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia seperti Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna. Sebagai catatan, jumlah dosis terbesar yang digunakan adalah Sinovac lalu AstraZeneca.
Hasilnya, didapat angka proporsi populasi yang harus divaksinasi untuk mencapai herd immunity adalah 111 persen alias melebihi populasi penduduk Indonesia. "Apalagi kalau kita kemasukan subvarian Delta yang lebih menular, seperti AY.4.2.? Dengan sekarang saja kita sudah kewalahan dan herd immunity tak tercapai," kata Windhu.
Itu sebabnya, Windhu menilai, sudah tepat pemerintah menjaga seluruh pintu masuk negara ini dari kemungkinan masuknya varian baru Covid-19. Begitu juga dengan aturan karantina dan screening yang dilakukan. Dia berharap tak ada lagi mafia yang bisa mengabaikan semua aturan yang sudah dibuat tersebut.
Selain itu, dia menegaskan prinsip yang tetap yakni semua orang harus divaksinasi. Pemerintah harus bisa mencapai target seratus persen, termasuk mengedukasi mereka yang selama ini menolak dan menghindar. "Paling tidak upayakan 100 persen dosis protektif (dosis penuh untuk setiap jenis vaksin yang digunakan), terutama lansia," kata Windhu.
Dia menambahkan pemerintah juga harus siapkan dosis booster untuk para lansia dan mereka yang mengidap komorbid yang memungkinkan untuk mendapat Vaksin Covid-19. "Mestinya bisa gratis dengan pemberian berbasis risiko," kata Windhu.
SUMBER: TEMPO