SUKABUMIUPDATE.com - Salah satu jenis penyakit yang sering muncul saat musim hujan ialah leptospirosis. Melansir dari Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis Cetakan Ke-3 Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017, leptospirosis adalah jenis penyakit menular dari binatang ke manusia atau sebaliknya yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari genus leptospira yang berbentuk spiral.
Di beberapa negara, leptospirosis yang merupakan penyakit zoonosa (zoonosis) ini disebut dengan nama demam urine tikus yang penyebarannya diduga paling luas di dunia. Namun banyak kasus leptospirosis yang tidak dilaporkan akibat alat diagnostik yang mahal serta susahnya diagnosis klinis. Leptospirosis dapat terjadi karena tingginya populasi tikus, ditambah sanitasi lingkungan yang buruk dan kumuh bekas banjir.
Dilansir dari www.kemkes.go.id di Indonesia, leptospirosis muncul saat musim hujan terutama di kawasan rawan banjir. Penyakit yang berasal dari hewan (zoonisis) ini bahkan sampai mengakibatkan kematian. Leptospirosis dapat didefinisikan dalam tiga kriteria, diantaranya ialah:
1. Kasus suspect
Dinyatakan suspect ditandai dengan demam akut yang disertai sakit kepala, namun ada juga yang tanpa sakit sepala. Ditambah nyeri otot, lemah (malaise), conjungtival suffision, serta ada riwayat terpapar faktor yang menyebabkan leptospirosis dalam waktu dua Minggu.
Salah satu faktornya ialah air yang terkontaminasi oleh bakteri leptospira atau urin tikus yang digunakan untuk mandi serta mencuci. Melakukan kontak dengan dokter hewan, tim penyelamat, para pekerja di rumah potong hewan, toko hewan peliharaan atau pekerjaan lainnya juga dapat menjadi faktor risiko sumber infeksi.
2. Kasus probable
Dinyatakan probable, apabila kasus suspect memiliki dua gejala klinis di antara tanda-tanda seperti nyeri betis, manifestasi pendarahan, sesak nafas, arittmia jantung, batuk dengan atau tanpa hemoptisis, dan ruam kulit.
Serta ikterus atau jaundice di mana kondisi medis ditandai dengan menguningnya kulit dan sklera (bagian putih pada bola mata), dan oliguria atau anuria yang merupakan ketidakmampuan untuk buang air kecil.
3. Kasus konfirmasi
Dinyatakan konfirmasi ketika kasus probable disertai salah satu dari berbagai gejala yang diantaranya ialah isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik, hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) positif, serta sero konversi Microscopic Agglutination Test (MAT) dari negatif menjadi positif.
Sejauh ini, Kemenkes RI belum mengeluarkan kebijakan terkait pengobatan massal leptospirosis. Sebab penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik apabila didiagnosa sesegara mungkin.
SUMBER: TEMPO/PUSPITA AMANDA SARI