SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah menyatakan bahwa sekolah yang berada di zona hijau Covid-19 sudah diperbolehkan untuk buka dan melakukan proses belajar-mengajar tatap muka.
Dilansir dari suara.com, namun keputusan itu dinilai masih berisiko, meski hanya dilakukan di kawasan zona hijau. Menurut tokoh pemerhati anak sekaligus psikolog anak, Seto Mulyadi, murid dan guru yang bersekolah di zona hijau bisa saja datang dari wilayah lain yang tidak masuk dalam kawasan bebas Covid-19.
"Mungkin ada sekolahnya (zona) hijau, tapi guru-gurunya atau muridnya mungkin ada yang tidak dari zona hijau. Apakah zona merah terus di dalam juga pakai kendaraan umum yang bisa membawa virus. Ini yang perlu diwaspadai," kata Kak Seto saat dihubungi suara.com, Minggu (5/7/2020).
Menurut Kak Seto, sesuai arahan Mendikbud yang menyatakan sekolah di rumah tetap dilakukan hingga Desember 2020, harusnya aturan tersebut dapat berlaku bagi seluruh wilayah Indonesia tanpa melihat zona sebaran Covid-19.
"Pendidikan penting memang, tapi paling penting kesehatan dan keselamatan anak. Jadi jangan meremehkan dampak dari pandemi Covid-19 ini," kata mantan Ketua Komnas Perlindungan Anak tersebut.
Disampaikan Kak Seto bahwa jumlah anak-anak yang terinfeksi virus corona penyebab sakit Covid-19 di Indonesia angkanya cukup tinggi. Sehingga harusnya hal tersebut menjadi pertimbangan.
"Dan kita tahu anak-anak ini aktif, tidak ada takut, dunia kreatif tanpa batas, selalu punya alasan untuk gembira jadi kadang-kadang sulit untuk mengobtrol. Mohin itu (sekolah tatap muka) adalah pilihan terakhir," katanya.
sumber: suara.com