SUKABUMIUPDATE.com – Statmen Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil soal angka kehamilan lebih tinggi dimasa pandemic covid-19 sempat viral. Benarkah angka kehamilan lebih tinggi disaat semua orang diminta tidak banyak keluar rumah sebagai protokol kesehatan covid-19, berikut data dan fakta angka kehamilan di Kabupaten Sukabumi selama pandemi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi merilis data angka kehamilan di bulan Maret, April dan Mei 2020. Ini adalah tiga bulan awal masa penerapan protokol kesehatan ketat terkait penanggulangan covid-19 di Indonesia.
Masyarakat mulai diminta menerapkan sosial distancing dan physical distancing secara ketat. Pekerjaan dilakukan dirumah, belajar di rumah dan masa-masa yang dipenuhi slogan di rumah saja. Dimasa ini,
angka kehamilan di Kabupaten Sukabumi tidak mengalami kenaikan signifikan.
“Malah kita (Kabupaten Sukabumi) itu turun sedikit jika dibandingkan bulan Februari 2020,” jelas Lilih Rosmiati, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat dan Kesehatan Komunitas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi melalui pesan singkat, Senin (22/6/2020).
Menurut Lilih ada penurunan hingga 300 angka kehamilan se Kabupaten Sukabumi jika membandingkan Februari dan Mei 2020. Dinas Kesehatan mencapat 4252 laporan kehamilan pada bulan Maret 2020.
“Menurun tapi tidak banyak, angka perbulannya tetap di rata-rata tinggi diatas 3000 angka kehadiran ibu hamil baru di Kabupaten Sukabumi,” jelasnya kepada sukabumiupdate.com.
BACA JUGA: Angka Kehamilan Tinggi saat Pandemi, Ridwan Kamil Minta Para Suami Selow
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, mencatat angka kehamilan di bulan April 2020 mencapai 3908, sedangkan bulan Mei 2020 mencapai 3905. “Ini angka absolut per bulan, angka yang direkap dinas dari seluruh puskesmas dan layanan kesehatan di Kabupaten Sukabumi. Biasanya angkanya dilaporkan diawal bulan berikutnya,” sambung Lilih.
“Ini adalah data K1 (kunjungan pertama) ibu hamil berdasarkan laporan medis medis. Biasanya usia kandungannya dibawah tiga bulan, dan memiliki jadwal pemantauan medis dari bidan di setiap desa dan puskesmas,” lanjutnya.
Lilih menambahkan bahwa selama pandemi, pemantauan kesehatan dan pendampingan medis ibu hamil tidak mengalami kendala, walaupun ada protokol kesehatan untuk menghindari kehadiran ibu hamil di fasilitas kesehatan. “Ada WAG (whatsapp group) di setiap desa yang dipimpin bidan dan berisi semua ibu hamil di wilayahnya untuk memudahkan komunikasi dan penyebaran informasi terkait kesehatan janin dan ibu hamil,” sambungnya.
Bidang juga siap mendatangi rumah-rumah ibu hamil yang memerlukan pemeriksaan medis langsung. “Protokol kesehatan diwajibkan bagi bidan yang melayani langsung ibu hamil secara fisik atau tatap muka. Intinya kita tetap memberikan pelayanan kehamilan bagi ibu hamil dan janinnya secara maksimal di tengah pandemi ini,” pungkas Lilih.