SUKABUMIUPDATE.com - Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mengatakan obat herbal Indonesia memiliki potensi untuk digunakan dalam pengobatan virus Corona Covid-19 yang saat ini sedang menjadi pandemi.
Prof Dr dr Keri Lestari, Apt, MSi dari Satgas Covid-19 PP IAI mengatakan saat ini pihaknya telah menyerahkan tiga proposal penelitian kepada Kemenristek/BRIN. Dua di antaranya merupakan penelitian tentang jamu yang diharapkan bisa menjadi obat fitofarmaka.
Dalam proposal ini diajukan dua produk yaitu TehDia dan VipAlbumin. TehDia yang mengandung Camellia sinensis dan Stevia diketahui memiliki aktivitas farmakologi sebagai antidiabetik, antihipertensi, antihiperlipidemia, antiobesitas, antikanker, antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antivirus, dan mampu meningkatkan fungsi hati dan ginjal.
Sedangkan VipAlbumin yang berisi ekstrak ikan gabus memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi, khususnya menurunkan sitokin proinflamasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manfaat pemberian TehDia dan VipAlbumin sebagai pengobatan ajuvan pada pasien Covid-19, khususnya dalam menurunkan sitokin proinflamasi, mempercepat perbaikan klinis, mengurangi tingkat kematian dan memperpendek masa rawat inap dan mengurangi risiko penularan Covid-19.
"Kami mengkolaborasikan perguruan tinggi farmasi, perusahaan jamu, GP jamu, GP farmasi, perusahaan IT, BPOM, dan Ditjen Farmalkes Kementerian Kesehatan RI dan dalam 2 minggu menghasilkan 3 proposal yang telah dikirimkan ke Kemristek BRIN," ungkap Keri Lestari dari Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, melalui siaran pers yang diterima Suara.com.
Tiga proposal tersebut telah diikutsertakan dalam Program Konsorsium Riset dan Inovasi untuk Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengakselerasi pengembangan riset dan inovasi teknologi di Indonesia melalui pendanaan riset dan inovasi bagi para peneliti.
Menurut Keri, kolaborasi yang dilakukan ini diharapkan akan mampu memberikan sumbangsih kepada pemerintah, dalam upaya mempercepat penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum PP Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Drs Nurul Falah Eddy Pariang, Apt, mengatakan potensi alam Indonesia yang sangat kaya merupakan modal utama pengembangan obat herbal asli Indonesia.
"Rasanya salah bangsa ini kalau kita tidak menggunakan jamu atau produk berbahan alam Indonesia guna meningkatkan kesehatan diri kita. Ini jelas potensi alam kita, ini jelas warisan leluhur bangsa kita, maka semestinya kitalah yang harus memanfaatkan dan menjunjung tinggi warisan leluhur kita," tuturnya.
Ia mengatakan ilmuwan Indonesia yang melakukan penelitian tentang khasiat jamu dan obat herbal asli Indonesia. Sayangnya, jamu Indonesia dinilai masih kalah populer dari jamu Tiongkok.
"Saya kira sudah saatnya Pemerintah untuk mengangkat martabat jamu tidak dalam tataran lip service tetapi langkah nyata membina perusahaan jamu, meregulasi perusahaan jamu dan berpihak kepada jamu, termasuk mendorong dan membiayai uji klinik jamu sehingga mendapatkan evidence-based untuk pengobatan yang bisa dijajarkan dengan sediaan farmasi atau obat," tutupnya.
sumber: suara.com