SUKABUMIUPDATE.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan sejumlah riset untuk melawan wabah Covid-19. Melansir tempo.co, diantaranya riset minuman suplemen dari fermentasi jambu biji merah, alat deteksi SARS-CoV-2 metode RT-LAMP, dan masker kain disinfektor lapis tembaga.
Ketiga riset dan produknya itu diperkenalkan dalam ‘Webinar Talk to Scientists: Riset Kimia dan Fisika LIPI Antisipasi Covid-19’, Kamis 4 Juni 2020. "Saya berharap dalam waktu dekat, pengujian validasi di rumah sakit ataupun laboratorium bisa dilakukan," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Agus Haryono.
Peneliti dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, Yati Maryati, menerangkan perihal riset buah jambu biji merah menjadi minuman suplemen daya tahan tubuh. Menurutnya, melalui fermentasi, jambu bij merah akan meningkatkan potensi komponen bioaktifnya seperti polifenol, flavonoid dan antioksidan.
Serat dan asam-asam organik yang dihasilkan seperti asam laktat, asam asetat, asam malat, glukonat, glukoronat, dan asam hyaluronic, berpotensi tinggi memperkuat sistem imun, serta meningkatkan energi dan bahkan membersihkan racun dalam tubuh. "Harapannya, minuman ini memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan apabila dikonsumsi secara rutin sebagai upaya pencegahan penyakit Covid-19,” katanya.
Riset mendeteksi virus Covid-19 menggunakan metode lebih sederhana dilakukan tim peneliti yang berbeda. Tjandrawati Mozef dari tim itu menerangkan latar belakang riset yakni metode reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) yang membutuhkan alat mahal dan harus dilakukan di laboratorium atau rumah sakit besar.
Dari sana lalu lahir penelitian deteksi RNA virus SARS-CoV-2 dengan teknik RT-LAMP (reverse transcription loop-mediated isothermal amplification). Metode RT-LAMP, Tjandra berujar, dipilih karena lebih memungkinkan dilakukan di rumah sakit atau laboratorium dengan fasilitas lebih sederhana.
“Ini hasilnya dapat diperoleh, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, secara cepat dan akurat apakah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2 atau tidak,” kata Tjandra.
Riset ketiga, membuat masker kain disinfektor berlapis tembaga, dilakukan Deni Shidqi Khaerudini dan tim peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI. Secara sederhana, Deni menjelaskan, material aktif tembaga berperan sebagai contact killer sekaligus mereduksi ukuran pori masker kain.
Menurut Deni, masker kain disinfektor itu dirancang dengan metode sederhana dan biaya terjangkau. “Selain itu juga menggunakan bahan baku yang mudah didapat di dalam negeri, sehingga dapat difabrikasi secara cepat dan praktis,” katanya.
SUMBER: TEMPO.CO