SUKABUMIUPDATE.com - Setelah Lebaran, berbagai penyakit pasca-Ramadan pun mulai bermunculan. Dilansir dari tempo.co, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, menuturkan penyakit pasca-Ramadan kebanyakan disebabkan karena pola makan yang tidak sehat.
“Biasanya makanan-makanan Lebaran itu masih banyak di meja dan masalahnya dipanaskan lagi berkali-kali,” kata Ari di dalam diskusi daring bertajuk "Antisipasi Penyakir Pasca Ramadan" di Jakarta, pada Senin, 25 Mei 2020.
Ari mengatakan masakan yang dipanaskan itu berpotensi memiliki kandungan kolesterol jahat semakin tinggi.
“Gulai, rendang yang dipanaskan berkali-kali itu semakin pekat nilai garamnya, semakin tinggi unsur lemaknya. Kandungan kolesterolnya juga makin meningkat,” katanya.
Ari menemukan masalah berat badan atau obesitas cenderung naik selama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Malahan, makanan yang ada saat Lebaran itu hanya dikonsumsi oleh oleh anggota keluarga di rumah saja,” ujarnya.
Nutrition & Wellness Consultant Nutrifood M. Aldis Ruslialdi mengatakan pola asupan saat Lebaran cenderung meningkat walau di masa pandemi Covid-19 karena banyak keluarga merayakan Lebaran di rumah saja. Praktik makanan seimbang yang terdiri dari karbohidrat, sayur, dan protein menjadi susah dijalani. Sebenarnya, yang harus diperhatikan adalah mengontrol makan saat Lebaran.
"Sebab tidak bisa dipungkiri selain kita masak, juga ada hantaran kerabat yang membuat stok makanan juga meningkat," jelasnya.
Aldis pun membagikan trik untuk mengontrol makan saat Lebaran sehingga mengurangi rasa bersalah.
"Sebagai contoh, makan opor jangan pakai tambah banyak kuah, pilih bagian dada ayam dagingnya, begitu juga dengan rendang, dimakan dagingnya saja," ucap Aldhis.
Sumber: Tempo.co