SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah penelitian di China menyatakan bahwa keadaan hamil tidak membuat seorang perempuan mengalami risiko lebih tinggi dengan Covid-19. Dilansir dari suara.com, penelitian tersebut diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada pertengahan April ini.
Melansir dari South China Morning Post (SCMP), studi itu didasarkan pada catatan medis dari 50 rumah sakit yang ditunjuk di Wuhan. Para ilmuwan memeriksa 118 perempuan hamil dengan Covid-19 dari 8 Desember 2019 hingga 20 Maret 2020.
Dari mereka, 109 orang memiliki gejala ringan dan sembilan perempuan memiliki gejala parah. Gejala yang paling umum adalah demam dan batuk. Enam dari sembilan perempuan menunjukkan gejala parah setelah mereka melahirkan.
Pada akhir penelitian, 109 perempuan telah dipulangkan termasuk semua yang kondisinya telah digambarkan parah atau kritis.
Meskipun tidak ada yang meninggal, sembilan bayi gagal bertahan di kandungan. Empat digugurkan karena kekhawatiran ibu mereka tentang Covid-19, tiga bayi meninggal karena keguguran dan satu bayi meninggal karena kehamilan ektopik.
"Sebanyak 68 dari 118 pasien melahirkan 70 bayi (ada dua pasangan kembar) selama masa studi," kata penelitian itu.
Dari 68 kelahiran, 63 di antaranya melaui proses ceasar karena kekhawatiran terkait dengan Covid-19. Empat belas bayi lahir prematur dan delapan diinduksi (7 di antaranya terkait Covid-19).
Pada bulan Februari, seorang bayi di Wuhan dinyatakan positif Covid-19 30 jam setelah dilahirkan.
Pada bulan Maret, seorang bayi di London dites positif hanya beberapa menit setelah dilahirkan oleh seorang perempuan yang terinfeksi dengan virus corona.
Belum diketahui apakah bayi tertular virus melalui ibu atau setelah melahirkan.
Sumber : suara.com