SUKABUMIUPDATE.com - Selain diare yang menjadi penyebab kematian nomor 2 di Indoneia yang menyerang anak usia 1-5 tahun, gangguan pencernaan pada anak lainnya adalah konstipasi atau sembelit. Dilansir dari tempo.co, merujuk data World Health Organization atau WHO sebanyak 1 dari 3 anak memiliki risiko konstipasi.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Badriul Hegar mengatakan konstipasi ialah gangguan pada saluran cerna yang menunjukkan kondisi anak sulit atau jarang buang air besar yang terjadi selama minimal 2 minggu. Tanda anak mengalami konstipasi antara lain frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, konstipasi feses keras, menunjukkan gejala mengejan atau tidak tuntas, dan harus mengeluarkan tinja secara manual.
"Konstipasi bisa menyerang anak dengan usia di bawah 2-3 tahun, begitu anak mulai bermain dan dan merasakan makanan yang enak," ucap Badriul usai ditemui di acara Bicara Gizi: Peranan Serat untuk Dukung Kesehatan Pencernaan Anak" Rabu 4 Maret 2020 di Jakarta.
Badriul melanjutkan, tantangan menangani konstipasi berbeda dengan gangguan kesehatan lainnya. Cara menanganinya tidak semudah sakit dikasih obat atau antibiotik lalu pulih. "Mengatasi konstipasi tapi soal mindset, anak bisa trauma kalau dipaksa makan serat, jadi perlu waktu," ucapnya.
Sebab itu untuk mencegah anak konstipasi, orang tua disarankan menjaga kesehatan pencernaan buah hati agar mendapatkan asupan serat yang sesuai kebutuhan. "Memang susah kalau harus mengikuti standar ukuran tapi yang perlu diperhatikan setiap waktu makan atau snack mendapatkan asupan serat," imbau Badriul.
Badriul memberikan tips untuk orang tua menjaga saluran cerna si kecil agar tetap sehat:
1. Penuhi nutrisi dengan gizi seimbang (Karbohidrat, protein, vitamin, serat)
2. Konsumsi serat sesuai dengan rekomendasi serat harian
3. Kenali fungsi saluran cerna si kecil
4. Cukupi aktivitas fisik untuk menstimulasi gerak saluran cerna
Sumber : tempo.co