SUKABUMIUPDATE.com - Anda suka makan daging? Mulai sekarang pikirkan baik-baik sebelum memakannya.
Dilansir dari tempo.co, penelitian menemukan konsumsi dua porsi daging merah, daging olahan, atau unggas per minggu dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular 3-7 persen lebih tinggi. Sedangkan makan dua porsi daging merah atau daging olahan saja per minggu dikaitkan dengan risiko 3 persen lebih tinggi dari semua penyebab kematian. Hasil penelitian ini diterbitkan JAMA Internal Medicine.
"Ini perbedaan kecil, tetapi ada baiknya mencoba mengurangi daging merah dan daging olahan seperti pepperoni, bologna, dan daging deli," kata penulis senior Norrina Allen, profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg School of Medicine, dilansir Science Daily.
Dia melanjutkan konsumsi daging merah juga secara konsisten dikaitkan dengan masalah kesehatan lain seperti kanker.
"Memodifikasi asupan makanan protein hewani mungkin menjadi strategi penting untuk membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan kematian dini pada tingkat populasi," imbuh pemimpin penelitian Victor Zhong, asisten profesor ilmu gizi di Cornell.
Temuan baru ini muncul setelah sebuah meta-analisis kontroversial yang diterbitkan November lalu, yang merekomendasikan orang untuk tidak mengurangi jumlah daging merah dan daging olahan yang mereka makan.
"Semua orang menafsirkan bahwa tidak apa-apa makan daging merah, tetapi saya tidak berpikir hal itu didukung fakta sains," kata Allen.
Lantas, apa yang harus dimakan untuk memenuhi kebutuhan protein?
Ikan, makanan laut, dan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dan polong-polongan, adalah alternatif yang sangat baik untuk menggantikan daging.
Studi ini menemukan hubungan positif antara asupan daging unggas seperti ayam atau bebek dengan penyakit kardiovaskular. Namun, hasil penelitian sejauh ini tidak cukup untuk membuat rekomendasi yang jelas tentang asupan unggas.
Studi baru dikumpulkan bersama-sama sampel beragam besar dari enam kohort, termasuk data tindak lanjut yang panjang hingga tiga dekade, data diet yang diharmonisasikan untuk mengurangi heterogenitas, menyesuaikan satu set perancu yang komprehensif dan melakukan beberapa analisis sensitivitas.
Penelitian ini melibatkan 29.682 peserta, usia rata-rata 53,7 tahun pada awal, 44,4 persen pria dan 30,7 persen nonkulit putih. Data diet dilaporkan sendiri oleh peserta, yang ditanya daftar panjang tentang apa yang mereka makan untuk tahun atau bulan sebelumnya.
Keterbatasan penelitian ini adalah asupan makanan peserta dinilai satu kali, dan perilaku diet mungkin telah berubah dari waktu ke waktu. Selain itu, metode memasak tidak dipertimbangkan. Ayam goreng, terutama sumber lemak dalam yang menyumbang asam lemak trans, dan asupan ikan goreng telah dikaitkan secara positif dengan penyakit kronis.
Sumber : tempo.co