SUKABUMIUPDATE.com - Virus corona yang merebak di Wuhan, Cina, telah memakan banyak korban. Menurut situs The Guardian pada 30 Januari 2020, setidaknya sebanyak 1.700 orang terinfeksi penyakit ini dan 170 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Tak hanya di Cina, virus tersebut juga telah menyebar ke berbagai negara di Asia. Misalnya saja Taiwan, yang menemukan lima orang dengan positif virus corona. Ada pula Jepang dan Malaysia dengan masing-masing empat orang mengidap virus corona.
Untungnya, di Indonesia virus corona masih diduga kepada beberapa orang. Itu berarti hingga saat ini belum ada pasien di Tanah Air yang positif. Dokter spesialis paru Erlina Burhan pun bersyukur.
Namun, ada pula beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi masyarakat Indonesia sehingga tidak berisiko tinggi mengidap novel coronavirus (nCov). Salah satu faktor tersebut adalah iklim. Erlina mengatakan Indonesia memiliki iklim tropis dengan sinar matahari sangat menyengat.
“Virus akan mati dalam kondisi panas. Kalau virus corona berada di udara dan kena panas, harusnya mati. Itulah sebabnya risiko di Indonesia lebih rendah,” katanya dalam acara Info Sehat FKUI pada Kamis, 30 Januari 2020.
Ia juga menjelaskan pola makan orang Indonesia. Menurut Erlina, orang-orang di Tanah Air terbiasa mengonsumsi makanan yang sederhana, dalam artian, daging yang dikonsumsi misalnya hanya kambing, ayam, ikan, dan sapi.
“Berbeda dengan di Cina atau negara Asia lain, mereka makannya yang besar-besar. Seperti ular atau kelelawar yang bisa membawa virus corona,” ungkapnya.
Terkait kebiasaan makan pula Erlina menegaskan masyarakat di Indonesia gemar mengonsumsi makanan matang. Tidak seperti Cina, konsumsi daging mentah sangat tinggi.
“Daging yang mentah itu dingin dan virus suka tinggal di sana. Kalau dimasak, kena panas akan mati,” jelasnya.
Sumber : tempo.co