SUKABUMIUPDATE.com - Resistensi antibiotik adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak bisa melawan bakteri. Hal ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang terlalu sering, yang membuat bakteri menjadi kebal dengan pengobatan.
Ternyata, resistensi antibiotik ini tidak bisa disepelekan. Pasalnya, berbagai dampak negatif bisa dialami oleh penderitanya. Pertama, Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobakterial, Hari Paraton, mengatakan bahwa resistensi antibiotik dapat membuat pasien tidak bisa melewati berbagai prosedur medis. Contohnya saja transplantasi organ hingga operasi besar.
Hari menjelaskan jika prosedur-prosedur medis tersebut pasti akan melewati pembedahan sedangkan pasien dengan resistensi bakteri akan kesulitan untuk mengalami pemulihan akibat bakteri yang merusak jahitan pascaoperasi.
“Dokter harus mencari alternatif pengobatan lain yang bisa diterima pasien resistensi antibiotik. Tentu akan merepotkan sekali,” katanya dalam acara "Resistensi Antimikroba" di Jakarta pada Kamis, 19 Desember 2019.
Dokter spesialis kandungan ini juga mengatakan bahwa pasien resistensi antibiotik harus mengeluarkan biaya yang besar saat sakit sebab tidak bisa mengonsumsi obat biasa.
“Pengobatannya tidak sama seperti orang biasa. Kalau mereka terinfeksi bakteri sedangkan obatnya tidak mampu membunuh, otomatis harus cari pengobatan lain. Pasti harganya tidak murah,” ungkapnya.
Terakhir, risiko kematian yang disebabkan oleh infeksi bakteri juga sangat mungkin terjadi. Hari mengatakan ini disebabkan oleh berkembangnya bakteri di tubuh yang tidak bisa dilawan dengan obat.
“Yang menyebabkan kematian itu kalau dia sakit karena infeksi bakteri dan tidak bisa disembuhkan karena obatnya tidak mempan,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Hari pun mengimbau agar masyarakat menerapkan gaya hidup sehat. Mencuci tangan setelah melakukan aktivitas juga disarankan.
“Jangan minum obat antibiotik saat tidak dibutuhkan, itu sangat penting. Kalau bakteri terbiasa, dia kebal dan menjadi resisten,” tuturnya.
Sumber : tempo.co