SUKABUMIUPDATE.com - Belum lama ini, Indonesia sempat dihebohkan dengan kasus Hepatitis A di Depok. Masih mewabahnya hepatitis ini, ternyata tidak memengaruhi pendapat Prof. Dr. dr. Rino Alvian Gani, SpPD-KGEH, yang percaya Indonesia bisa mengeliminasi virus Hepatitis B dan C di tahun 2030 mendatang.
Menurutnya, virus yang ditularkan melalui jarum suntik dan belum diketahui penyebabnya ini bisa dibasmi dengan melakukan pendekatan edukasi, skrining, dan terapi dalam satu waktu bersamaan.
"Karena kalau terpisah-pisah, cenderung kehilangan kasus, itu bisa dilakukan dengan menyelenggarakan dalam satu tempat atau dengan menggunakan mobile unit yang bergerak. Seperti misalnya satu van atau bus, di mana bisa dilakukan masuk ke tempat-tempat kantong hepatitis," ujar Prof. Rino dalam upacara pengukuhannya sebagai Guru Besar Penyakit Dalam Universitas Indonesia, di Aula FK-UI, Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (7/12/2019).
Prof. Rino juga mengatakan untuk tidak mengabaikan perkembangan teknologi dan memanfaatkannya. Seperti smartphone yang sudah terbilang canggih, bisa digunakan untuk memantau mereka yang sudah terjangkit virus.
"Memanfaatkan teknologi yang sudah ada seperti smartphone, agar si pasien yang sudah terdeteksi tadi bisa diberikan informasi mengenai hepatitis, dan bisa dilakukan follow up kepada pasien tersebut, agar tetap diawasi aktivitas pasien," jelasnya.
Pemantauan penting dilakukan agar virus terkontrol dan menjaga agar tidak ada penularan virus baru kepada yang lainnya. Mengingat jika terus-terusan terjadi, beban negara akan semakin berat, khususnya terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Di Indonesia, BPJS Kesehatan mencantumkan sirosis hati, yang merupakan salah satu komplikasi dari infeksi virus hepatitis B dan C, sebagai salah satu penyakit katastropik yang menyita banyak anggaran kesehatan," tuturnya.
Riset kesehatan dasar riskesdas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi infeksi virus hepatitis B berdasarkan pemeriksaan HBsAg darah mencapai 8,2 persen.
Riskesdas terbaru pada 2013 mendapatkan prevalensi infeksi virus hepatitis B mencapai 7,1 persen. Sedangkan infeksi virus hepatitis C mencapai 1 persen.
"Berdasarkan data tersebut hampir 10 persen penduduk Indonesia terinfeksi virus hepatitis B atau C, dan jika mengacu pada jumlah penduduk Indonesia saat ini maka lebih kurang 26 juta masyarakat Indonesia terinfeksi oleh virus hepatitis," tutup Prof. Rino.
Sumber: Suara.com