SUKABUMIUPDATE.com - Demonstrasi pelajar STM di gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu, 25 September 2019, mengundang perhatian banyak pihak. Apalagi, setelah ada aksi anarkis dan liar dari para siswa pada demo tersebut, yang membuat banyak orang menjadi prihatin.
Rasa cemas dialami para orang tua murid. Lebih dari itu, beberapa di antaranya pun harus menerima panggilan polisi untuk menjemput anak mereka.
Menanggapi hal ini, mantan dosen Psikologi di Universitas Indonesia, yang sekaligus pakar pendidikan, Najeela Shihab, mengatakan bahwa ketakutan yang dialami orang tua bukanlah suatu hal yang wajar sebab hal ini tidak akan terjadi jika komunikasi antar anak dan orang tua terjalin dengan baik.
“Rasa cemas dan panik itu timbul ketika komunikasi buruk sehingga ada tanda tanya dari suatu aktivitas yang dilakukan anggota keluarga,” katanya saat ditemui Tempo.co di kantor Kemendikbud Jakarta pada 28 September 2019.
Sebaliknya, dengan keterbukaan antar setiap anggota keluarga, orang tua maupun anak akan saling mengetahui aktivitas apa yang dilakukan oleh masing-masing. Khususnya orang tua, mereka bahkan bisa memberikan masukan dan pendapat jika aktivitas yang dilakukan akan tidak memiliki nilai positif.
“Bukan berarti demo tidak baik. Tapi selama masih anak-anak, artinya masih di bawah naungan orang tua. Jadi, mereka wajib memberi tahu apa yang akan dilakukan dan orang tua memberikan tanggapan dan arahannya. Orang tua juga tidak khawatir kalau anak banyak bercerita, kan?” tuturnya.
Wanita yang akrab disapa Ella ini pun menyarankan agar setiap keluarga menilik keadaan komunikasi antar satu dan lainnya sebab komunikasi tidak hanya akan merugikan saat aksi demo saja.
“Sekarang mungkin konteksnya demo. Tapi ada banyak sekali masalah lain yang lebih besar dan juga bisa dialami karena komunikasi yang buruk. Segera ubah kebiasaan keluarga,” katanya.
Sumber: Tempo.co