SUKABUMIUPDATE.com - Pada 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merilis pernyataan, Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab terbanyak kematian di Indonesia. Belum lagi melonjaknya biaya perawatan medis untuk PTM berdampak pada perekonomian individu hingga negara. PTM terkait dengan gaya hidup masyarakat termasuk pola makan. Obesitas, makanan sarat gula, dan jarang berolahraga diduga menjadi penyebab melonjaknya jumlah kasus PTM belakangan ini. Berbagai pengaturan pola makan atau diet kemudian bermunculan salah satunya, gaya hidup rendah karbohidrat dan diet keto.
Hal itu terungkap dalam seminar Indonesia International Low Carb Conference (IILCC) 2019 di Jakarta, belum lama ini. Hadir sebagai salah satu narasumber, Konsultan Jantung Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta sekaligus Kepala Divisi Organisasi di Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K).
"Yang harus dipahami, diet keto diutamakan untuk orang-orang yang mengalami sindrom metabolik. Low carb keto tidak perlu ditempuh semua orang karena belum tentu yang bersangkutan membutuhkan. Begitu orang itu terkena sindrom metabolik, dia harus memikirkan jangan-jangan butuh diet keto agar kondisi kesehatannya membaik," ujar Piprim kepada tabloidbintang.com.
Piprim kemudian menjelaskan yang dimaksud sindrom metabolik. "Sindrom ini ditandai dengan lingkar perut di atas 90 cm pada laki-laki dan 80 cm untuk perempuan. Selain itu, tekanan darah di atas 130/85 mmHg serta HDL kolesterol di bawah 40 pada laki-laki, serta 50 untuk perempuan. Anda juga patut mengecek trigliserida dan gula darah. Jika trigliserida di atas 150 sementara gula darah puasa Anda di atas 100 mg/dL, pikirkan diet keto sebagai salah satu solusinya."
Sumber: Tempo