SUKABUMIUPDATE.com - Heart failure atau gagal jantung dapat menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi ketika ada pelemahan jantung sehingga tidak dapat mengantar oksigen dengan baik ke seluruh tubuh. Di Indonesia, prevalensi penderita gagal jantung sebanyak 1,5 persen.
Dokter ahli jantung dan pembuluh darah, Yoga Yuniadi, kondisi ini terjadi dalam empat tahap yang dilalui sampai akhirnya menjadi gagal jantung. Masing-masing tahap memiliki penanganan yang berbeda.
“Ada 4 stage. Dalam dunia kedokteran biasanya pakai huruf, yaitu stage A, B, C dan D,” katanya saat memperkenalkan teknologi alat pacu jantung di RS Columbia Asia, Jakarta, Selasa, 2 April 2019.
Tahapan pertama atau stage A ditandai dengan penyakit pendukung gagal jantung yang meliputi hipertensi, penyakit jantung koroner, dan kardiomyopati (kelainan pada otot jantung). Pada tahapan ini, pasien harus dengan cepat mengatasi masalah yang ada agar tidak terus berdampak pada penyakit lainnya. Ini dapat dengan cara berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, serta ditambah dengan mengkonsumsi obat-obatan.
“Minum obat seperti ACE inhibitor atau angiotensin II receptor blocker (ARB) itu penting. Beta-blockers juga dapat diresepkan sebagai tambahan,” katanya.
Untuk stage B, penyakitnya menjadi lebih bertambah dengan diagnosis disfungsi sistolik atau kontraksi ventrikel kiri. Pasien biasanya akan mengalami serangan jantung dan stenosis katup jantung (katup tidak dapat terbuka dengan baik) sebagai tanda dari semakin menurunkan kondisi jantung yang berimbas pada gagal jantung. Untuk antisipasi agar hal tersebut tidak terjadi lagi, lakukan metode pengobatan seperti stage A, namun ditambah dengan obat tertentu dan operasi.
“Inhibitor aldosteron harus diminum kalau obat yang pertama tidak mempan. Pilihan bedah untuk perbaikan arteri koroner dan perbaikan katup juga bisa dilakukan,” katanya.
Pada stage C dan stage D, umumnya pasien sudah difiksasi menderita gagal jantung. Saat stage C, pasien akan merasa mudah lelah dan tidak mampu melakukan aktivitas berat lainnya. “Kalau biasa naik tangga kuat, ini baru dua langkah sudah ngos-ngosan,” katanya.
Pada tahap ini, pasien dapat melakukan pola hidup yang berbeda dengan makanan sedikit bahkan tanpa garam, menurunkan berat badan jika terlalu berlebihan, dan mengkonsumsi obat. Jika seluruhnya tidak mempan, pasien bisa memilih memasang alat pacu jantung.
“Cardiac Resynchronization Therapy Pacemaker atau CRT dapat membantu kerja jantung,” katanya.
Sumber: Tempo