SUKABUMIUPDATE.com - Kerusakan saraf tepi atau neuropati bisa menyebabkan gangguan ereksi pada pria. Kondisi ini sulit diperbaiki karena saraf-sarafnya sudah terlanjur mati.
Hal itu diungkapkan Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia atau Perdossi Pusat dan Konsultan Neurologis, Manfaluthy Hakim, di Jakarta, Rabu, 27 Maret 2019. Menurut Manfaluthy, banyak pasien diabetes yang mengalami kerusakan saraf yang berujung pada kesulitan ereksi atau impotensi.
“Mereka minta disembuhkan, rela mengeluarkan biaya berapa pun, tapi sudah tidak bisa karena sarafnya sudah mati,” kata dia.
Ada pasien yang memaksa untuk bisa ereksi. Dengan batuan obat-obatan injeksi, hal itu bisa dilakukan dalam waktu beberapa jam saja. “Tapi dia tidak bisa menikmati karena sentuhan atau sensoriknya sudah tidak ada,” ujar Manfaluthy.
Disfungsi ereksi biasanya terjadi pada pasien neuropati akibat penyakit sistemik, seperti diabetes. Sebanyak 70 persen penderita diabetes mengalami neuropati dengan tingkatan yang beragam, dari motorik, sensorik, hingga otonom. Disfungsi ereksi terjadi pada pasien neuropati otonom.
Neuropati otonom, menurut Manfaluthy, merupakan kerusakan paling berat dibandingkan dengan motorik dan sensorik karena kerusakan terjadi pada bagian dalam saraf.
Jika sudah mengalami kondisi ini gejala yang timbul antara lain gangguan buang air kecil seperti ngompol, pria yang harusnya ereksi di pagi hari tidak terjadi lagi, keringat berkurang, dan kulilt bersisik.
“Neuropati otonom juga menyebabkan gangguan fungsi jantung dan tekanan darah yang mengatur sistem saraf otonom,” kata Manfaluthy.
Sebelum hal itu terjadi, Manfaluthy menyarankan agar langsung mencari pertolongan medis begitu gejala awal neuropati, seperti kesemutan dan kebas, muncul. Untuk mencegahnya, konsumsi vitamim B kompleks dan olahraga rutin.
Sumber: Tempo