SUKABUMIUPDATE.com - Mendengkur bisa menjadi salah satu gejala sindrom henti napas obstuktif atau obstuctive sleep apnea syndrom (OSAS). Ini adalah salah satu gangguan tidur, di mana anak mengalami henti napas hingga 10 detik saat terlelap. Orang tua sebaiknya tidak menyepelekan gangguan ini. Sebab, saat terjadi henti napas, pasokan oksigen ke seluruh tubuh si kecil berkurang (hipoksia) dan mengganggu kinerja sejumlah organ vital.
Dokter spesialis anak dari Poliklinik Advance RSIA Bunda Jakarta, dr. Abdullah Reza, SpA mengatalan, jika pasokan oksigen ke otak berkurang, tumbuh kembang si kecil terganggu. Ia rentan mengalami gangguan hormon. "Jika jantung kekurangan oksigen, memicu terjadinya penyakit jantung," kata dia.
Hati dan pankreas yang kekurangan oksigen akan membuat si kecil berisiko mengidap diabetes melitus. "Hipoksia atau kekurangan oksigen juga menurunkan kinerja ginjal. Akibatnya, anak lebih sering mengompol,” Abudullah menyambung.
Selain berdampak pada kesehatan, mendengkur juga bisa mempengaruhi performa akademik anak di sekolah. Penelitian yang dilakukan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Bambang Supriyanto SpA(K) pada 2008, menyebut, karena mendengkur, si kecil lebih sering mengantuk di kelas.
Ini berdampak buruk pada nilai akademik anak khususnya pada pelajaran matematika, bahasa, dan sains. Nilai mereka di tiga pelajaran ini menurun 10 sampai 20 poin.
“Saya membantu Prof. Bambang pada penelitian itu. Kami menemukan anak kelas 4 SD dengan bobot 130 kilogram. Dalam sejam, ia mendengkur sebanyak 45 kali. Ini berbahaya,” kata Abdullah Reza.
Itu sebabnya, Abdullah Reza menyarankan, saat memergoki si kecil tidur mendengkur, orang tua diminta memperhatikan ritme dan karakter dengkurannya. “Jika ada jeda panjang henti napas lalu si kecil gelagapan, itu disebut arousal. Dan jika lebih dari 3 episode dalam sepekan, segeralah menemui dokter untuk mencari solusinya,” Abdullah mengingatkan.
Biasanya anak akan dites menggunakan polisomnografi. Alat ini berfungsi merekam suara dengkuran, gelombang otak, dan ritme pernapasan.
Sumber: Tempo