SUKABUMIUPDATE.com - Hari Ginjal Sedunia diperingati setiap Kamis kedua Maret. Artinya, tahun ini peringatan Hari Ginjal Sedunia berlangsung pada 14 Maret 2019. Menjelang peringatan itu, Indonesia dihadapkan pada persoalan peningkatan jumlah penderita penyakit ginjal kronis atau PGK.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis atau PGK di Indonesia sebesar 3,8 persen atau naik sebesar 1,8 persen dibandingkan dengan 2013. Tapi itu kenyataan di lapangan mungkin lebih dari itu. Survei yang dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia atau Pernefri pada pada 2006 disebutkan bahwa prevalensi penyakit itu di Indonesia sebesar 12,5 persen. Apa penyebabnya?
Faktor risiko terbesar adalah gaya hidup, seperti merokok, alkohol, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tidak sehat. Kebiasaan itu menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas. Selain itu, usia dan riwayat keluarga juga bisa menyebabkan peyakit ini.
Ketua Umum Pengurus Besar Pernefri Aida Lydia mengatakan, dua penyebab utama penyakit ginjal di Indonesia adalah hipertensi dan diabetes. Berdasarkan Indonesian Renal Registry 2017, hipertensi menyumbang 45 persen dari seluruh penderita penyakit ini, sedangkan diabetes sebesar 25 persen.
Bagaimana dua penyakit itu bisa menyebabkan gangguan ginjal? Ini karena di ginjal terdapat banyak pembuluh darah halus yang fungsinya menyaring darah. “Hipertensi dan diabetes mengganggu pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi kerusakan fungsi filtrasi. Lama-lama itu akan mengganggu fungsi ginjal,” kata Aida pada konferensi pers World Kidney Day 2019 di Jakarta, 13 Maret 2019.
Aida menambahkan, penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Selain karena penurunan fungsi ginjal, penyakit ginjal kronis juga dikaitkan dengan penyakit jantung. “Sebanyak 11 persen kematian di seluruh dunia disebabkan penyakit ginjal kronis. Sebagian besar penderita meninggal sebelum gagal ginjal,” kata Aida.
Sumber: Tempo