SUKABUMIUPDATE.com - Penggunaan rokok elektronik makin populer di masyarakat. Rokok jenis ini diyakini dapat membantu perokok berhenti, tapi bukannya tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan.
Para peneliti di Amerika Serikat, yang menggunakan data survei Surveillance Factor Risk Factor System (BRFSS) 2016 oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menyimpulkan bahwa penggunaan rokok elektronik dapat meningkatkan risiko stroke sebesar 71 persen, serangan jantung sebesar 59 persen, dan penyakit jantung koroner sebesar 40 persen.
Kesimpulan survei yang dilakukan terhadap 66.795 pengguna rokok elektronik dan 343.856 bukan prokok ini akan dipresentasikan pada Konferensi Stroke Internasional American Stroke Association di Honolulu, pada Rabu, 6 Februari 2019.
Namun, penulis utama penelitian ini, Paul Ndunda, mengatakan tidak dapat menyimpulkan apakah peningkatan risiko itu terkait dengan nikotin atau ada peran komponen lain dalam rokok elektronik. “Ada beragam komponen dan dosis nikotin dalam rokok elektronik,” kata dia, dikutip dari The Insider, Jumat, 31 Januari 2019.
Meski demikian, rokok elektronik diyakini dapat membantu seseorang berhenti dari kebiasaan merokok. Hal itu disimpulkan dari sebuah studi yang di New England Journal of Medicine pada Rabu, 29 Januari 2019.
Studi ini melibatkan 900 orang di Inggris. Sebanyak 18 persen dari jumlah responden menyatakan berhenti merokok setelah setahun menggunakan rokok elektronik. Sementara, hanya 9,9 persen perokok yang berhasil berhenti dengan cara lama, seperti mengunyah permen karet, permen pelega tenggorokan, atau menggunakan semprotan.
“Rokok elektronik hampir dua kali lebih efektif daripada kombinasi 'standar emas' produk pengganti nikotin," kata ketua peneliti Peter Hajek dari Queen Mary University of London, seperti dikutip CNN.
Tapi, sebagian besar profesional kesehatan masih enggan merekomendasikan penggunaan rokok elektronik. Sebab, bukti dari studi ini dianggap kurang. Apalagi, para peneliti di Amerika Serikat menunjukkan efek jangka panjang asap rokok elektronik pada tubuh.
"Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) belum menemukan bukti rokok elektronik aman dan efektif dalam membantu perokok berhenti," kata Jennifer Hobbs Folkenroth, Direktur Tembakau American Lung Association.
Sumber: Tempo